Indonesia dengan iklim sepakbola yang mendarah daging berhasil meletakan sepakbola menjadi magnet besar nan gagah. Semua orang tau sepakbola di Indonesia mampu menarik berbagai elemen masyarakat untuk ambil bagian, setidaknya berkomentar dan duduk di depan tv menyaksikan laga laga timnas dan klub Eropa serta Amerika Latin.
Menjadi bagian dari gairah besar sepakbola di negara ini tidak cukup dengan selonjoran di depan tv dan berkomentar di sosial media. Menjadi bagian gairah besar sepakbola Indonesia adalah datang langsung ke stadion. Berbuat sesuatu untuk klub lokal. Berjalan dari stadion ke stadion bersama klub kebanggaan.
Meskipun dengan dalih sepakbola Indonesia masih ketinggalan lantas banyak orang yang kemudian sangat apatis, bukan sekedar apatis lagi levelnya. Hak setiap orang untuk bertahan pada level rendahan seperti ini. Silakan jika mungkin nanti tergerak ketika sepakbola kita sudah memiliki banyak kemajuan.
Banyak pengalaman yang didapat ketika mendukung klub lokal. Ketika bermain di kandang dukungan sedikit hambar karena ribuan supporter lain meneriakan chant yang sama. Dukungan menjadi jauh lebih terasa ketika menemani klub lokal bermain tandang. Supporter menyebut ritual ini sebagai awaydays.
Supporter tentu tak akan membiarkan pahlawannya berjuang sendirian. Loyalitas supporter menjadi bekal pertaruhan harga diri klub ketika bermain di kandang lawan, namun ritual awaydays bukan perkara mudah karena seringkali berbenturan dengan aktivitas pribadi. Yah memang tidak ada perjuangan yang mudah di dunia ini.
Beratnya awaydays menuntut persiapan matang agar dapat memberikan support dengan optimal dan aman. Mulai dari biaya, kendaraan, jalur jalan, tiket serta tempat singgah menjadi point-point utama yang pertama kali terlintas di pikiran dan segera harus dituntaskan sebelum hari keberangkatan.
Saya beberapa kali mengikuti awaydays.
Aktivitas ini memunculkan pengalaman yang sukar dilupakan. Pengalaman sederhana namun terasa membekas, bahkan sampai saat ini. Awaydays sebagai penjabaran rasa memiliki terhadap klub, kemudian membias menjadi aktivitas dengan atmosfer kekeluargaan yang mengakrabkan satu sama lain.
Perjalanan awaydays
Mulai dari mempersiapkan mobil dengan segala alasan yang harus kami haturkan kepada sang pemilik untuk menyewa satu hari penuh. Ini bukan perkara mudah karena image supporter kurang baik memang dimata masyarakat. Kereta api juga kerap dipilih meskipun semakin hari semakin ditinggalkan oleh kelompok kami karena tidak bebas dan kami rasa aktivitas ini mengganggu penumpang lain. Maka mobil pribadi atau bus menjadi pilihan utama.
Selama perjalanan chant-chant tidak berhenti dinyanyikan. Di dalam kendaraan lagu-lagu penyemangat dihentakan. Seperti saat perjalanan menuju Semarang, Jawa Tengah, nyanyian chant yang biasa terdengar di stadion muncul di dalam bus.
Tidak jarang warga diperjalanan yang bersimpati melambaikan tangan. Mereka tau jika di dalam bus terdapat rombongan supporter sepakbola karena beberapa syal tidak sengaja menjulur keluar., masyarakat akan memberikan sambutan yang baik jika supporter juga menghormati mereka.
Membunuh waktu di perjalanan dengan bercanda dan membicarakan apapun. Bercerita tentang klub kebanggaan yang seringkali dikerjai wasit. Menceritakan bagaimana bisa sampai ke kota dimana klub kami bertanding sementara diharuskan melewati kota supporter rival. Bahkan ide revolusioner bagi kemajuan klub sering tercetus di saat seperti ini.
Perjalanan awaydays kerap melewati kota yang juga memiliki klub sepakbola. Tidak jarang awaydays menjadi ajang kopi darat bagi komunitas-komunitas supporter berbeda klub. Saling bertukar pikiran mengenai sepakbola dan terpenting mempererat persaudaraan sesama supporter klub lokal Indonesia menjadi, meskipun hanya pertemuan sederhana dengan duduk lesehan di bawah pohon.
Sebuah pemandangan yang mengharukan ketika datang disambut di titik tertentu dan pulang diberi oleh-oleh makanan khas daerah tersebut. Biasanya penyambutan seperti ini hanya karena kabar di media sosial bahwa rombongan hendak menuju kota tertentu dan melewati kota mereka atau beberapa kawan yang suda terlebih dahulu mengenal kawan di komunitas supporter klub lain.
Awaydays adalah perjalanan yang mengajarkan nilai kekeluargaan. Ketika ada kawan yang tidak memiliki cukup biaya, maka kawan yang lain akan dengan sukarela memberikan uangnya sekedar untuk makan. Saat ada kawan yang sakit segera kesadaran kawan yan lain mencarikan obat atau membawanya ke klinik terdekat.
Pernah suatu kali ketika perjalanan away ada kawan yang mendadak sakit. Sontak beberapa kawan memilih untuk tinggal untuk menunggui kawan yang sakit ini. Inilah mengapa di luar kehidupan supporter di antara anggota komunitas terjalin ikatan yang kuat, meskipun tidak sedang dalam acara yang terkait dengan sepakbola.
Awaydays yang luar biasa juga terjadi saat kami pulang menggunakan kereta. Semua anggota komunitas pulang dengan uang pas-pasan. Alhasil seberapapun uang yang ada kami kumpulkan untuk membeli nasi dan air minum, kemudian makan beramai ramai.
Ban bocor, terpaksa diberhetikan polisi karena mendapat tilang atau mesin mogok sudah menjadi bumbu perjalanan awaydays. Walaupun kami sadar ini adalah penghalang namun tidak serta merta ditanggapi dengan kegelisahan dan gerutu yang memperburuk suasana. Awaydays adalah bersenang-senang bersama kawan dengan passion yang sama. Oleh karenanya suasana penuh canda justru muncul. Sambil melepas lelah karena posisi duduk di dalam kendaraan, situasi seperti ini dimanfaatkan untuk bersendau gurau membicarakan banyak hal. Tidak melulu mengenai sepakbola.
Tak jarang perjalanan away dibumbui rivalitas dengan supporter lain yang menjurus kasar. Banyak supporter yang masih hobi menghadang rombongan supporter lain di jalan. Kecerdasan untuk menghindar jauh lebih bijak daripada memaksakan diri bertarung secara konyol di jalanan. Pastikan tujuan kita hanya dan hanya mendukung klub kebanggaan, tak ada niatan lain selain itu. Maka segala cara digunakan untuk menghindari bentrokan yang sama sekali tidak penting ini. Kebangaan tetaplah kebanggaan. Kebangaan harus dirawat dengan cara terus hidup dan meneriakan chant yang sama di setiap pertandingan. Bukan terhempas di jalanan dan tak bisa lagi meneriakan chant chant patriotik di stadion.
Sesampainya di stadion lawan
Sesampainya di stadion ada getaran yang menembus badan ini. Entah apa yang saya rasakan saat itu. Layaknya memasuki medan pertempuran, saya merasakan ketegangan yang sama dengan awaydays yang lain, tapi tak saya rasakan ketika bermain di kandang. Memasuki tribun supporter khusus tamu. Bergabung dengan komunitas lain sesama klub yang kami dukung menandakan bukan saatnya bersenang-senang lagi seperti di perjalanan.
Mempersiapkan bendera berukuran besar, membentangkan spanduk bertuliskan klub kebanggaan kami, mencari ujung spanduk bergambar nama komunitas untuk dililitkan ke pagar tribun. Semua aktifitas ini menjadi pembuka sebelum laga. Jika pemain melakukan pemanasan, inilah bentuk pemanasan kami.
Stadion demi stadion kami datangi. Meskipun tidak semua laga away kami ikuti, namun cukuplah kiranya menebus tugas kami untuk memberikan dukungan kepada para pahlawan sekuat tenaga. Stadion-stadion legendaris dengan karakter dan kisah heroiknya masing-masing menjadi medan laga bagi supporter-supporter yang sepenuh hati, raga dan jiwa memberikan dukungan kepada klub.
Punggawa melakukan pemanasan. Kami berdiri menyanyikan chant yang semula kami teriakan di dalam kendaraan. Bersama puluhan supporter lain pengalaman ini tiada bandingannya dengan pertandingan kandang dengan lawan manapun. Selalu ada yang berbeda ketika dengan susah payah mendukung klub favorit kami di stadion musuh degan jarak ratusan kilometer jauhnya.
Semangat di kandang musuh terasa jauh berkali-kali lipat ketimbang yang dirasakan ketika partai kandang. Lantangnya suara saat meneriakkan chant penyemangat bagi punggawa beradu dengan pekik semangat supporter tuan rumah yang jumlahnya ribuan.
Beberapa kawan menghempas-hempaskan giant flag, yang lain memberikan teriakan penyemangat, saya duduk dipagar sambil terus menyanyikan pujian bagi klub kebanggaan. Berharap mereka yang di lapangan mendengar suara-suara kami di tribun jauh. Sungguh pengalaman mendukung di kandang musuh menjadikan jiwamu akan terdorong untuk selalu melakukan yang lebih bagi klub.
Menang atau kalah hampir tidak terpikirkan, karena semangat yang supporter tularkan kepada pemain lebih dari sekedar point. Ketika pemain berlaga dengan penuh semangat dan passion maka inilah balasan yang setimpal bagi supporter. Meskipun akhirnya pulang dengan kekalahan, kepala tetap tegak saat berjalan keluar stadion. Skor adalah sementara sedangkan kebanggaan tak akan lenyap terhapus hanya dengan kekalahan.
Sebelum maghrib saya melipat kembali spanduk bertuliskan komunitas kecil dari kampung dimana saya tinggal. Berjalan meninggalkan stadion kemudian mencari tempat untuk beristirahat sejenak. Kembali mereview apa yang terjadi di lapangan. Sambil menikmati makan malam di kota yang baru tadi siang saya singgahi. Sambil melepas lelah setelah berteriak dipagar tribun dan perjalanan yang teramat jauh.
Menjadi bagian dari gairah besar sepakbola di negara ini tidak cukup dengan selonjoran di depan tv dan berkomentar di sosial media. Menjadi bagian gairah besar sepakbola Indonesia adalah datang langsung ke stadion. Berbuat sesuatu untuk klub lokal. Berjalan dari stadion ke stadion bersama klub kebanggaan.
Meskipun dengan dalih sepakbola Indonesia masih ketinggalan lantas banyak orang yang kemudian sangat apatis, bukan sekedar apatis lagi levelnya. Hak setiap orang untuk bertahan pada level rendahan seperti ini. Silakan jika mungkin nanti tergerak ketika sepakbola kita sudah memiliki banyak kemajuan.
Banyak pengalaman yang didapat ketika mendukung klub lokal. Ketika bermain di kandang dukungan sedikit hambar karena ribuan supporter lain meneriakan chant yang sama. Dukungan menjadi jauh lebih terasa ketika menemani klub lokal bermain tandang. Supporter menyebut ritual ini sebagai awaydays.
Supporter tentu tak akan membiarkan pahlawannya berjuang sendirian. Loyalitas supporter menjadi bekal pertaruhan harga diri klub ketika bermain di kandang lawan, namun ritual awaydays bukan perkara mudah karena seringkali berbenturan dengan aktivitas pribadi. Yah memang tidak ada perjuangan yang mudah di dunia ini.
Beratnya awaydays menuntut persiapan matang agar dapat memberikan support dengan optimal dan aman. Mulai dari biaya, kendaraan, jalur jalan, tiket serta tempat singgah menjadi point-point utama yang pertama kali terlintas di pikiran dan segera harus dituntaskan sebelum hari keberangkatan.
Saya beberapa kali mengikuti awaydays.
Aktivitas ini memunculkan pengalaman yang sukar dilupakan. Pengalaman sederhana namun terasa membekas, bahkan sampai saat ini. Awaydays sebagai penjabaran rasa memiliki terhadap klub, kemudian membias menjadi aktivitas dengan atmosfer kekeluargaan yang mengakrabkan satu sama lain.
Perjalanan awaydays
Mulai dari mempersiapkan mobil dengan segala alasan yang harus kami haturkan kepada sang pemilik untuk menyewa satu hari penuh. Ini bukan perkara mudah karena image supporter kurang baik memang dimata masyarakat. Kereta api juga kerap dipilih meskipun semakin hari semakin ditinggalkan oleh kelompok kami karena tidak bebas dan kami rasa aktivitas ini mengganggu penumpang lain. Maka mobil pribadi atau bus menjadi pilihan utama.
Selama perjalanan chant-chant tidak berhenti dinyanyikan. Di dalam kendaraan lagu-lagu penyemangat dihentakan. Seperti saat perjalanan menuju Semarang, Jawa Tengah, nyanyian chant yang biasa terdengar di stadion muncul di dalam bus.
Tidak jarang warga diperjalanan yang bersimpati melambaikan tangan. Mereka tau jika di dalam bus terdapat rombongan supporter sepakbola karena beberapa syal tidak sengaja menjulur keluar., masyarakat akan memberikan sambutan yang baik jika supporter juga menghormati mereka.
Membunuh waktu di perjalanan dengan bercanda dan membicarakan apapun. Bercerita tentang klub kebanggaan yang seringkali dikerjai wasit. Menceritakan bagaimana bisa sampai ke kota dimana klub kami bertanding sementara diharuskan melewati kota supporter rival. Bahkan ide revolusioner bagi kemajuan klub sering tercetus di saat seperti ini.
Perjalanan awaydays kerap melewati kota yang juga memiliki klub sepakbola. Tidak jarang awaydays menjadi ajang kopi darat bagi komunitas-komunitas supporter berbeda klub. Saling bertukar pikiran mengenai sepakbola dan terpenting mempererat persaudaraan sesama supporter klub lokal Indonesia menjadi, meskipun hanya pertemuan sederhana dengan duduk lesehan di bawah pohon.
Sebuah pemandangan yang mengharukan ketika datang disambut di titik tertentu dan pulang diberi oleh-oleh makanan khas daerah tersebut. Biasanya penyambutan seperti ini hanya karena kabar di media sosial bahwa rombongan hendak menuju kota tertentu dan melewati kota mereka atau beberapa kawan yang suda terlebih dahulu mengenal kawan di komunitas supporter klub lain.
Awaydays adalah perjalanan yang mengajarkan nilai kekeluargaan. Ketika ada kawan yang tidak memiliki cukup biaya, maka kawan yang lain akan dengan sukarela memberikan uangnya sekedar untuk makan. Saat ada kawan yang sakit segera kesadaran kawan yan lain mencarikan obat atau membawanya ke klinik terdekat.
Pernah suatu kali ketika perjalanan away ada kawan yang mendadak sakit. Sontak beberapa kawan memilih untuk tinggal untuk menunggui kawan yang sakit ini. Inilah mengapa di luar kehidupan supporter di antara anggota komunitas terjalin ikatan yang kuat, meskipun tidak sedang dalam acara yang terkait dengan sepakbola.
Awaydays yang luar biasa juga terjadi saat kami pulang menggunakan kereta. Semua anggota komunitas pulang dengan uang pas-pasan. Alhasil seberapapun uang yang ada kami kumpulkan untuk membeli nasi dan air minum, kemudian makan beramai ramai.
Ban bocor, terpaksa diberhetikan polisi karena mendapat tilang atau mesin mogok sudah menjadi bumbu perjalanan awaydays. Walaupun kami sadar ini adalah penghalang namun tidak serta merta ditanggapi dengan kegelisahan dan gerutu yang memperburuk suasana. Awaydays adalah bersenang-senang bersama kawan dengan passion yang sama. Oleh karenanya suasana penuh canda justru muncul. Sambil melepas lelah karena posisi duduk di dalam kendaraan, situasi seperti ini dimanfaatkan untuk bersendau gurau membicarakan banyak hal. Tidak melulu mengenai sepakbola.
Tak jarang perjalanan away dibumbui rivalitas dengan supporter lain yang menjurus kasar. Banyak supporter yang masih hobi menghadang rombongan supporter lain di jalan. Kecerdasan untuk menghindar jauh lebih bijak daripada memaksakan diri bertarung secara konyol di jalanan. Pastikan tujuan kita hanya dan hanya mendukung klub kebanggaan, tak ada niatan lain selain itu. Maka segala cara digunakan untuk menghindari bentrokan yang sama sekali tidak penting ini. Kebangaan tetaplah kebanggaan. Kebangaan harus dirawat dengan cara terus hidup dan meneriakan chant yang sama di setiap pertandingan. Bukan terhempas di jalanan dan tak bisa lagi meneriakan chant chant patriotik di stadion.
Sesampainya di stadion lawan
Sesampainya di stadion ada getaran yang menembus badan ini. Entah apa yang saya rasakan saat itu. Layaknya memasuki medan pertempuran, saya merasakan ketegangan yang sama dengan awaydays yang lain, tapi tak saya rasakan ketika bermain di kandang. Memasuki tribun supporter khusus tamu. Bergabung dengan komunitas lain sesama klub yang kami dukung menandakan bukan saatnya bersenang-senang lagi seperti di perjalanan.
Mempersiapkan bendera berukuran besar, membentangkan spanduk bertuliskan klub kebanggaan kami, mencari ujung spanduk bergambar nama komunitas untuk dililitkan ke pagar tribun. Semua aktifitas ini menjadi pembuka sebelum laga. Jika pemain melakukan pemanasan, inilah bentuk pemanasan kami.
Stadion demi stadion kami datangi. Meskipun tidak semua laga away kami ikuti, namun cukuplah kiranya menebus tugas kami untuk memberikan dukungan kepada para pahlawan sekuat tenaga. Stadion-stadion legendaris dengan karakter dan kisah heroiknya masing-masing menjadi medan laga bagi supporter-supporter yang sepenuh hati, raga dan jiwa memberikan dukungan kepada klub.
Punggawa melakukan pemanasan. Kami berdiri menyanyikan chant yang semula kami teriakan di dalam kendaraan. Bersama puluhan supporter lain pengalaman ini tiada bandingannya dengan pertandingan kandang dengan lawan manapun. Selalu ada yang berbeda ketika dengan susah payah mendukung klub favorit kami di stadion musuh degan jarak ratusan kilometer jauhnya.
Semangat di kandang musuh terasa jauh berkali-kali lipat ketimbang yang dirasakan ketika partai kandang. Lantangnya suara saat meneriakkan chant penyemangat bagi punggawa beradu dengan pekik semangat supporter tuan rumah yang jumlahnya ribuan.
Beberapa kawan menghempas-hempaskan giant flag, yang lain memberikan teriakan penyemangat, saya duduk dipagar sambil terus menyanyikan pujian bagi klub kebanggaan. Berharap mereka yang di lapangan mendengar suara-suara kami di tribun jauh. Sungguh pengalaman mendukung di kandang musuh menjadikan jiwamu akan terdorong untuk selalu melakukan yang lebih bagi klub.
Menang atau kalah hampir tidak terpikirkan, karena semangat yang supporter tularkan kepada pemain lebih dari sekedar point. Ketika pemain berlaga dengan penuh semangat dan passion maka inilah balasan yang setimpal bagi supporter. Meskipun akhirnya pulang dengan kekalahan, kepala tetap tegak saat berjalan keluar stadion. Skor adalah sementara sedangkan kebanggaan tak akan lenyap terhapus hanya dengan kekalahan.
Sebelum maghrib saya melipat kembali spanduk bertuliskan komunitas kecil dari kampung dimana saya tinggal. Berjalan meninggalkan stadion kemudian mencari tempat untuk beristirahat sejenak. Kembali mereview apa yang terjadi di lapangan. Sambil menikmati makan malam di kota yang baru tadi siang saya singgahi. Sambil melepas lelah setelah berteriak dipagar tribun dan perjalanan yang teramat jauh.
No comments:
Post a Comment