Friday, May 3, 2019

Hanya mengagumi, bukan cinta.. Maka berdamailah kita!

Bandung, merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila .

Kota kembang, merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner.

Pada tahun 1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu kota paling aman di duniaberdasarkan survei majalah Time.

Selain itu, Yang dinanti-nanti di Bandung selain di atas ialah Saritem nya, eh bukan deh haha, tapi perempuan nya, karena banyak setiap orang yang pernah berkunjung ke Bandung, pasti selalu kepincut dengan paras wajah mojang Parahyangan (Sebutan lain wanita di Bandung) , entah mengapa, perempuan disana (Tanpa mengecilkan yang lain) lebih terlihat anggun daripada yang ada di daerah lain selain di Jawa Barat , Tepatnya Bandung .

Kebetulan, saya memiliki kekasih yang sialnya berdarah Jawa Barat, tetapi bukan Bandung muehehe, karna dia lebih ke Bogor - Bogoran.


Tapi Disni, saya tidak ingin membahas itu, saya hanya membahas betapa nyaman nya saya ketika berada disini dan memulai berfikir melemparkan bola kedamaian disini, iya di Bandung .

Untuk pertama kalinya, saya berjatuhan hati dengan kota lain selain kota yang saya cinta yaitu , Jakarta. Ya walaupun memang, saya kecil pernah tinggal disana dengan jangka waktu yang mungkin tidak singkat pula, tapi itu hanya waktu kecil, yang tentunya bisa hilang ditelan waktu .

Ketika saya dewasa seperti saat ini, Saya kembali kebandung, Untuk mengulang memori saya saat masih kecil, dan tentunya dengan Mojang Parahyangan yang saya punya saat ini, ah loveyou.

Saya sempat berkunjung 2x kesana dengan dia, menjelajahi setiap daerah - daerah di kota kenangan tersebut, seperti singkat melihat wayang  yang terkenal di pinggir jalan Braga, Berfoto ria di alun alun Bandung, Merasakan dingin nya Lembang di atas sana, hingga menjahili setan - setan kreatif di deretan museum Asia - Afrika sana.

Saya begitu nyaman berada di kota itu, Kesejukan suhu udaranya, Kebersihan kotanya, hingga tatanan yang rapih perangkat kotanya , dan kesigapan kesatuan keamanan yang selalu stand by 24 jam disana .

Bandung juga identik dengan klub sepak bola dan suporter fanatiknya, Disana. Tapi sayang, ketika saya selalu ke Bandung, Saya harus selalu menjadi bunglon, Karena saya bagaimanapun harus menghargai mereka sebagai tuan rumah.

Saya pernah berfikir, apakah selamanya hanya saya dan kekasih saya saja yang dapat menikmati suana tersebut? Dengan berpakaian bunglon? Ataukah kawan-kawan saya yang datang kesini harus dengan sendiri-sendiri, tidak memakai atribut yang berbau Jakarta? Atau gimana?

Saya juga ingin merasakan kesejukan suhu disana dengan teman - teman suporter Jakarta saya, Datang ke Bandung dengan t-shirt Jakarta di punggung, Meneriakkan salam damai dari Jakarta, dll begitu juga sebaliknya. Ya memang sih, saat ini kita ketahui, hubungan antara suporter sepak bola Jakarta & Bandung selalu bersinggungan, hingga menimbulkan kematian nyawa, Tapi mau sampai kapan ?

Jarak kita hanya dibedakan dengan waktu yang kurang lebih 5 Jam, kalau lewat puncak bisa 6 jam lebih mungkin kalau tidak macet, atau mungkin lewat tol Cipularang paling cepat 3-4 jam? Sangat dekat sekali bukan? Tapi kenapa kita harus bersinggungan?

Apa yang membuat kita menjadi berseteru? Apakah karena kita berbeda Plat kendaraan? Di sini B disana D? Atau mungkin harus ada plat C agar kita bisa di pertemukan menjadi abjad BCD?

Dear Bandung, Saya akui keramah-tamahan mu menyambut Tamu yang mungkin kamu tahu bahwa tamu itu dari Jakarta, tapi tidak bawa atribut, kamu tetap sopan dan mau bercengkrama saat itu. Ah andai saja, kita tak punya masa kelam jaman dulu, pasti tentunya lebih seru .

Saya senang dengan kearifan lokal mu yang dijunjung tinggi ketika saya bilang "Permisi a" maka kamu akan jawab "mangga a" sambil membuang senyum kepada saya.

Andai saja kita bisa berdamai, mungkin saya bisa lebih lama berkunjung disana saat Persija bermain di Bandung, Menikmati dawet lokal mu dan semangkok cuangkie asli Bandung di depan lapangan Gasibu sana, Atau rekan - rekan mu berkunjung ke Jakarta ketika Persib tandang ke kota saya, menikmati segelas es selendang Mayang dengan kerak telor yang baru matang di depan FX Sudirman? Tentu sosweet bukan.

Tapi itu hanya khayal saya dengan kekasih saya saat itu didalam kereta, kita ngalor ngidul mengandai-andai ketika kota kita saling berdamai satu sama lain, sampai akhirnya kita berdua tertidur pulas dan tiba tiba terbangun karena suara pengeras dari masinis memberitahukan bahwa kereta sudah sampai di stasiun Jatinegara .

"Dan Bandung, Bagiku bukan cuma urusan wilayah semata, Bahkan jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika itu."

Lirik di atas memang benar, Bandung kota rival yang penuh kesan.

Sampai jumpa, dan salam rindu..

Sekian












No comments:

Post a Comment

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...