Saturday, April 1, 2017

Cinta itu bernama cemburu

Aku di sini bukanlah aku yang benar-benar aku yang menuliskan kalimat ini

Engkau di sini bukanlah engkau yang ada di hadapan tulisan ini

Biarkan “aku” menjadi engkau sendiri yang membacanya


Dan biarkan “engkau” menjadi satu orang nan tiada di sampingmu yang kaucinta

Aku melalui masa dimana mataku selalu menjadi ujung sumbu ledak

Pandangan mata yang rawan menyulut ledakan kepada hati

Dan telinga yang melalui dengarnya mampu menggoyahkan rasa

Keduanya hanya menangkap kenegatifan di luar sana

Maka aku menjadi hal lain yang inderaku sendiri tak mampu mengenalnya


Aku cemburu kepada ‘waktu’

Yang senantiasa memelukmu dalam sukamu, dukamu, lukamu

Menyaksikan tanganmu mengusap peluh hari-hari kerasmu


Aku cemburu kepada ‘angin’

Yang senantiasa membelai pelipis berkeringatmu

Memanjamu dari letih demi sepintas kesegaran


Aku cemburu kepada ‘sepatu cats" mu

Yang senantiasa mengalasi kaki dari langkah beratmu

Diingat ataupun tidak, ia rela kotor untukmu


Aku cemburu kepada ‘meja kerjamu'

Yang senantiasa menyamankan punggungmu demi sebuah sandaran hangat

Melihat mata kantuk dan muka lucumu di tengah luput pengawasan atasanmu


Aku cemburu kepada ‘sajadah’

Yang senantiasa menerbangkanmu dengan doamu menghadap Tuhan

Mendengarkan sujudmu dalam ratapan dan pengharapan


Aku cemburu kepada ‘kemarin’

Yang senantiasa menjadi warna indah dalam garis ingatanmu

Dan berubah sebagai antusiasme buah bibirmu tentang masa lalu


Maka kukatakan sendiri kepada telingaku

Bahwa aku bukanlah apa-apa

Tak lebih berfungsi dari sepatu cats sekalipun

Demikian segala rasa yang kupunya

Akan tetapi aku bisa bersembunyi dari iri-iri yang mengusik

Tulus berdoa bahwa yang terbaiklah yang selalu melekat padamu

Bahwa tangan Tuhan merenda indah atas kehidupanmu sampai pada akhir.


Bila kamu tidak suka aku cemburu

Tenang lah, tidak ada yang bakal pernah lebih dari itu.


*Cinta saya itu setia dan tidak bisa dikalahkan, kecuali 2 hal, orang ketiga dan wanita itu sendiri.. sekian*

No comments:

Post a Comment

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...