Aku di sini bukanlah aku yang benar-benar aku yang menuliskan kalimat ini
Engkau di sini bukanlah engkau yang ada di hadapan tulisan ini
Biarkan “aku” menjadi engkau sendiri yang membacanya
Dan biarkan “engkau” menjadi satu orang nan tiada di sampingmu yang kaucinta
Aku melalui masa dimana mataku selalu menjadi ujung sumbu ledak
Pandangan mata yang rawan menyulut ledakan kepada hati
Dan telinga yang melalui dengarnya mampu menggoyahkan rasa
Keduanya hanya menangkap kenegatifan di luar sana
Maka aku menjadi hal lain yang inderaku sendiri tak mampu mengenalnya
Aku cemburu kepada ‘waktu’
Yang senantiasa memelukmu dalam sukamu, dukamu, lukamu
Menyaksikan tanganmu mengusap peluh hari-hari kerasmu
Aku cemburu kepada ‘angin’
Yang senantiasa membelai pelipis berkeringatmu
Memanjamu dari letih demi sepintas kesegaran
Aku cemburu kepada ‘sepatu cats" mu
Yang senantiasa mengalasi kaki dari langkah beratmu
Diingat ataupun tidak, ia rela kotor untukmu
Aku cemburu kepada ‘meja kerjamu'
Yang senantiasa menyamankan punggungmu demi sebuah sandaran hangat
Melihat mata kantuk dan muka lucumu di tengah luput pengawasan atasanmu
Aku cemburu kepada ‘sajadah’
Yang senantiasa menerbangkanmu dengan doamu menghadap Tuhan
Mendengarkan sujudmu dalam ratapan dan pengharapan
Aku cemburu kepada ‘kemarin’
Yang senantiasa menjadi warna indah dalam garis ingatanmu
Dan berubah sebagai antusiasme buah bibirmu tentang masa lalu
Maka kukatakan sendiri kepada telingaku
Bahwa aku bukanlah apa-apa
Tak lebih berfungsi dari sepatu cats sekalipun
Demikian segala rasa yang kupunya
Akan tetapi aku bisa bersembunyi dari iri-iri yang mengusik
Tulus berdoa bahwa yang terbaiklah yang selalu melekat padamu
Bahwa tangan Tuhan merenda indah atas kehidupanmu sampai pada akhir.
Bila kamu tidak suka aku cemburu
Tenang lah, tidak ada yang bakal pernah lebih dari itu.
*Cinta saya itu setia dan tidak bisa dikalahkan, kecuali 2 hal, orang ketiga dan wanita itu sendiri.. sekian*
No comments:
Post a Comment