Sunday, March 12, 2017

Malam itu, saya merasa pecundang

Disebuah ruang dingin dengan bau obat yang menyengat, penuh dengan wanita berbaju biru muda yg berlalu-lalang. Sesekali terdengar bunyi alat yg saling berlomba memekakkan telinga, mencabik habis hati ini sepotong demi sepotong.

Didalamnya, seorang wanita hebat, seorang kekasih tercinta yang menghabiskan sisa hidupnya dengan saya dengan sejuta cinta, mimpi dan harapan, berbaring tanpa daya, menahan sakit termasuk rintih tangis kecil pacarnya malam itu.

Disaat yg bersamaan, saya hanya bisa berdiri menatapnya, dari balik dinding kaca yang berdiri dengan sebegitu angkuhnya. Hanya beberapa sekali bisa melihat bagaimana keadaannya .

Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasakan sakit yang perihnya sangat menusuk, begitu luar biasa hebatnya. Melihat kekasih tercinta terbaring lemas , Saya terus meraung kpd Tuhan, mengiba disela-sela malam. Dan saat itu, seorang pacar yang menunggunya telah melacurkan habis seluruh jiwanya, demi untuk memohon agar kekasihnya bisa terbangun dari tidur kesakitannya .

Saya terus tetap menunggu untuk memastikan keadaannya, Bersama anggota keluarganya saya bercemas diri kepada hati dan mental yang perlahan mulai perlahan turun .

Malam itu saya merasa Pecundang, tidak bisa berbuat banyak demi nya, hanya bisa menemani sambil sesekali berteriak kecil menyemangati dirinya untuk tetap kuat dan menahan rasa sakit .

Malam itu saya merasa Pecundang, taktakala tidak pernah berani untuk mengambil sebuah keputusan, andai saja saya lebih bijak dalam bertindak, mungkin semua Takan pernah terjadi .

Dan pada akhirnya suara ketukan dari sebuah sepatu dilantai, memberikan sinyal bahwa dokter yang menanganinya menjelaskan bahwa dia hanya mendapatkan luka kecil.

Betapa bahagianya kami mendengar sambil haru, mencoba menahan rasa sedih diatas kerongkongan dan memanjat doa sambil berterima kasih terhadap Tuhan .

Akhirnya dia pun diperbolehkan pulang dengan menjalani rawat jalan.

*Maafkan aku yang tidak bisa berbuat banyak sayang, jadikan kejadian ini pelajaran dimasa depan. Aku tidak bisa berkata banyak, hanya merasa punggung terlihat lemas dan sambil berkata bahwa, aku salah. Semoga lekas sembuh sayang, aku selalu menemani kamu sampai kapanpun*

Untuk kekasih yang amat saya cinta

No comments:

Post a Comment

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...