Mungkin bagi setiap orang dimuka bumi ini mendengar kata "Setia" adalah sebuah hal lazim, bahkan ada banyak yang menganggap kata tersebut adalah sebuah kekonyolan kata semata.
Mengingat kata tersebut hanya terdapat didalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia saja, karena banyak orang yang tidak mampu untuk mewujudkan pengertian kata tersebut didalam kehidupan nyata.
Contoh seperti, setia sesama teman, setia terhadap pacar, setia terhadap istri/suami, dan setia terhadap Agama. Banyak dari mereka yang selalu mengabaikan kata sakral tersebut, sehingga membuat kata tersebut dianggap sebuah lazim atau kekonyolan didalam kehidupan nyata.
Akan tetapi untuk sebuah pribadi, saya mempresentasikan sebuah kata "Setia" itu kedalam kehidupan saya terhadap sepak bola, dimana saat ini saya ingin membuktikan bahwa kata "Setia" itu dapat kita wujudkan dari sebuah hal kecil, yaitu sepak bola.
Ya setia terhadap suatu klub sepak bola adalah sebuah keharusan, karena didalamnya kita bercinta untuk suatu nama , yaitu nama besar klub yang kita cinta.
Selayaknya cinta kita terhadap pasangan, cinta saya terhadap klub ini pun begitu luar biasa. Tahun 2014 dan tahun kemarin adalah ujian terberat saya mencintai klub sebesar Persija, selain kegagalan Persija di 2 final (Ligina & Copa Indonesia) tahun 2004/2005.
Saya mengenal tim ini sejak sekolah dasar, tepatnya saat kelas 2, saat zaman Bambang Pamungkas membawa bola masih tersandung, waktu Yeyen tumena masih tangguh untuk dilewati Kurniawan Dwi Julianto, saat mbeng Jen menjadi kiper terbaik asing, ataupun Miro baldo Bento yang masih berwarga negara Indonesia, hingga sekarang si the next superstar Ambrizal umanailo.
Kesetiaan saya terhadap klub ini begitu luar biasa, untuk terakhir kali saya melihat klub ini berpesta pora, mengelilingi kota Jakarta membawa piala, hingga menceburkan dirinya di kolam bundaran HI yang masih direnovasi sehingga kaki saya dan teman teman saya pun berdarah terkena bekas patahan pipa bekas, maklum seorang bocah ingusan kelas 2 sekolah dasar yang norak melihat tim oranye menjadi kampiun 2001.
Kembali ke kata "Setia", bagi saya kata tersebut menjadi sebuah kata keharusan didalam diri saya, karena mencintai klub ini perlu banyak kesetiaan, perjuangan dan cinta!
Terakhir kali, saya mendapati sebuah penglihatan buruk mengenai performa Persija di ajang TSC 2016 (Torabika Super Championship) , dimana tim yang saya cintai menempati urutan ke 14 dan terseok-seok dipapan bawah.
Mengenai hal tersebut, kembali kata "Setia" lah yang selalu saya lontarkan didalam hati saya, karena saya mencintai klub ini bukan karena sesuatu.
Disaat Persija "Ditinggal" beberapa suporter musimannya, saya selalu hadir saat mereka berlatih. Barangkali jika ada salah satu pemain yang menghafalkan Wajah saya, mungkin mereka mengetahui keberadaan saya. saya selalu memberikan sebuah semangat, menularkan sebuah energi positif, itu semata-mata karena saya setia terhadap klub ini.
Disaat Persija "Dihina" oleh beberapa musuhnya, saya adalah orang pertama yang membelanya, berusaha keras memperjuangkan nama baiknya.
Sampai saat ini pun saya selalu setia terhadap Persija, saya berusaha semaksimal mungkin untuk percaya kepadanya, bahwa kebangkitan itu ada!
Bahkan, saya akan tetap setia menanti mereka merebut kembali piala itu untuk mengelilingi kota Jakarta lagi.
Setia itu dapat kita wujudkan, tergantung dari sikap individunya masing-masing, seperti saya terhadap sebuah hal kecil didalam sepak bola, yaitu..
Setia terhadap kebanggan..
Karena Setia itu mahal harganya, bukan SEtiap TIkungan Ada 😁✌
Sekian
No comments:
Post a Comment