Tuesday, July 5, 2022

Sepucuk surat untuk, Mamiku

6 Juli 2022, tepat hari ini adalah 1 tahun meninggalnya Mamiku tercinta, tidak sangka ya  mam. Sudah sejauh ini saya melewati hari-hari tanpa kasih sayang sesosok Ibu di rumah. Berat, tapi kehidupan harus tetap berjalan. Dalam beberapa kesempatan, saya selalu mengulangi hal-hal yang sangat saya tidak inginkan mam, seperti hal nya rumah yang selalu berantakan ketika saya pulang kerja dan capek untuk istirahat, pola makan yang tidak teratur karna tidak ada yang masak, keluar rumah tidak jelas, hingga waktu tidur yang tidak cukup. Acapkali saya lakukan berulang-ulang, dan tidak ada yang mewarning nya seperti mami yang dulu pernah melarang saya itu. Begitu pentingnya sesosok Ibu di rumah. Mam, dimanapun kamu, tak perlu khawatir untuk memikirkan saya dan lain nya di sini. Saya dan yang lain selalu mengirimkan Alfatihah serta doa-doa yang saya panjatkan untuk mu Mam, semoga kelak apa yang saya lantunkan, itu berarti buat kehidupan mu disana. 

Ohiya mam, saat saya sedang menulis sepucuk surat ini, saya sudah makan tadi malam mam, saya memasak telur mata sapi percis seperti yang sering mami buatkan untuk saya dulu. Mam, apa kabar disana? Semoga Tuhan selalu menjaga dirimu dengan utuh ya mam. Saya sebenarnya rindu tebal mam, namun apalah daya seorang anak laki-laki terakhir yang gengsi nya tinggi untuk mengatakan rindu dan jatuh cinta kepadamu, seperti hal nya ketika saya nonton Persija ke luar kota dulu, saya selalu malu untuk mengatakan bahwa saya rindu kamu hehe. Beberapa hari kemarin, saya dan keluarga sudah menghadiahkan batu nisan baru mam, untuk rumah kamu yang lebih enak, rumput nya pun sudah di ganti, jadi gaperlu lagi khawatir untuk tidak rapih mam, karena anak - anakmu disini selalu merawat dan menjaga kok.


Mam, sudah dulu ya, sepertinya fajar sudah terbit dari ufuk timur. Itu waktunya saya harus sudahi percakapan kepada mu, sama hal seperti 1 tahun yang lalu, ketika lantunan 2x kalimat syahadat yang saya berikan kepadamu, berhenti di waktu adzan subuh.

Waktunya, kini kembali kepada sang khalik, lalu memberikan pesan-pesan kepadanya, bahwa setiap yang hidup nanti akan mati pula;

Mami ku yang tercinta, anak-anak dan suami mu merindukan mu dengan tebal.

No comments:

Post a Comment

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...