Tuesday, October 5, 2021

Secangkir wine untuk Monalisa

 Kemarin, telah kupersembahkan secangkir wine di bawah langit merah, setelah kusadari sepi dan tak terngiang tawamu di dalam cangkir.

Duapuluh lima jam, waktu yang kubutuhkan untuk membuat buku tentang pribadimu, dan sialnya tak pernah kutemukan bahasa paling anggun untuk menerjemahkanmu.

Lihat Mon, aku tak menangis seperti kau yang sedu. Padahal secangkir wine yang kau sisakan dilemari es telah ku campur bersama air yang menetes dari matamu.

Jikalau Tuhan jadi mengabulkan doaku, suatu saat nanti akan kubawa kau ke punggung bukit dan aku berjanji, akan kusediakan secangkir wine untuk mu, Mon!

Masih kah kau ingat, di dermaga kala petang pernah kau berucap padaku? "Setelah membaca puisimu, aku ingin mengutuk diriku sendiri!" Seharusnya, tak kau baca puisi itu, lalu kau hanyutkan lembaran sajak itu bersama botol wine.

Aku hanya melamun sembari menghabiskan sebatang lisong, lamunanku menatap dalam matamu, dalam kalbu doaku kala itu tak padam dan tak mati, jika tak kau temui makna dari doaku, tanyakan saja pada air matamu, Mon.

Basahnya mengguyur keresahanku, mengantarku pada waktu kala kita menikmati secangkir wine bersama.

Sekali lagi, jika Tuhan jadi mengabulkan doaku, akan kupersembahkan secangkir wine untukmu, Monalisa.


*Ozone

No comments:

Post a Comment

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...