Pukul 3 pagi, jumat di oktober awal dini hari setelah usai pulang kerja dan mengantar kekasih tersayang kerumahnya di dekat daerah Mampang, saya mendapati banyak isi pesan masuk yang singgah di ruang chatting WhatsApp pribadi saya, lalu saya membuka salah satu isi pesan tersebut yang dimana ada pesan masuk dari rekan saya yang berisi "Lo udah nonton Narasi Mata Najwa dari Najwa shihab belom? Kalo belom, nonton terus kasih kesimpulan ke gua mengenai pendapat lu."
Sejujurnya, dalam pribadi saya, saya sudah tidak ingin lagi untuk mendengar diskusi yang tidak ada ujungnya ini, karena setiap kasus yang sudah saya alami untuk kejadian serupa beberapa kali tidak pernah ada tuntas dan saya menganggap ada pembiaran yang membuat saya tidak ingin untuk mencampur kedalam diskusi tersebut, namun hati saya selalu berbalik kepada marwah saya yang hakikatnya sebagai manusia, akhirnya sepulang saya sampai dan bersih-bersih di rumah, saya mencoba untuk mengikuti dan mendengar forum diskusi tersebut lewat streaming delay di youtube, sampai akhirnya saya menemukan poin-point untuk sebuah win win solution untuk terus mengawal kasus ini TUNTAS.
Saya sangat berduka atas apa yang terjadi di Kanjuruhan, Malang beberapa waktu silam, cukup di sayangkan ratusan orang pergi secepat itu karna kelalaian dan kurang siap nya beberapa pihak untuk menanggapi sebuah pertandingan yang bersifat High risk, dan itu menjadi tolak ukur saya kini menilai suatu pertandingan sepak bola, semenjak kejadian tersebut, hingga akhirnya saya mengambil suatu sikap untuk tidak datang kembali ke stadion yang saya suka
Sejujurnya, dalam beberapa kesempatan yang lalu, apalagi melihat klub kebanggan saya, Persija sedang bagus-bagus nya, mempunyai materi pemain kelas Eropa, saya punya rencana untuk mengajak keluarga dan pacar baru saya untuk hadir menyaksikan kebanggan saya.. Persija, ketika berlaga di Jakarta.. Terlepas Persija selalu mengkampanyekan "Tribun aman untuk siapapun" , namun dalam beberapa kesempatan pula, ada poin-poin yang saya ragukan dan mengurungkan niat saya untuk mengajak siapapun ketribun, salah satunya adalah kick off yang terlalu larut malam.
Tidak hanya soal itu saja sih, saya sempat membahas persoalan kick off larut malam ini lewat platfrom media sosial, karena dizaman seperti ini, salah satu cek ombak yang paling mudah di lihat yang diatas adalah media sosial, saya mencoba mengajak beberapa orang yang punya pandangan sama dengan saya untuk mencoba menggaungkan penolakan kick off malam tersebut, namun usaha itu sia-sia, karena operator, klub dan segala stakeholder lebih acuh serta mementingkan Hak siar di banding kritikan Suporter yang notaben nya seorang Customer yang tidak akan pernah hilang.
Kira-kira, beberapa poin pentingnya seperti ini;
Pertama, kekhawatiran-kekhawatiran kick off terlarut malam itu ialah saya seorang pegawai kontrak yang dimana datang kestadion hanya untuk menghilangkan penat setelah berhari-berhari beraktiftas, ketika menonton sepak bola terlalu larut malam, maka saya bersiaplah untuk terlambat datang ke kantor, dan itu harus berulang-ulang saya kerjakan dan harus mengurangi beberapa fee karena punishment yang harusnya aman untuk saya, ketika menonton sepak bola terlalu larut malam.
Kedua, Indonesia terkenal dengan Gila Bola yang sangat luar biasa, namun diantara ribuan orang yang Gila Bola tersebut tidak ada 11 pemain yang bisa menembus Piala dunia sampai saat ini. Kenapa saya bilang Gila Bola? karena, setiap jam di Televisi Indonesia selalu saja ada sepak bola, bahkan Liga Primer Inggris pun rela untuk merubah jam kick off sepak bola mengikuti pasar Asia, salah satunya Indonesia.. Agar mereka bisa di tonton di belahan dunia lain (Indonesia katakanlah), karena Indonesia negara yang Gila Bola dengan jam kick off yang terlalu larut malam, kemungkinan ada beberapa anak kecil dan remaja tanggung yang berusaha menunda tidur nya lebih lama lagi (padahal besok pagi ia harus berangkat sekolah agar tidak terlambat) hanya karena ingin melihat kebanggan nya berlaga di waktu yang kurang tepat, miris kan?
Ketiga, faktor terakhir yang saya khawatirkan ketika kick off terlalu larut malam adalah ketika kita hendak pulang, ada beberapa orang yang kelihatan capek dan ngantuk karena pulang harus dini hari, atau mereka yang harus melewati daerah-daerah rawan pembegalan dan kejahatan yang lain, mungkin saja tidak? karena kick off terlalu larut malam akan selesai dini hari pagi. Dan faktor kick off terlalu larut malam yang tidak sangat saya inginkan sekali adalah, ada lagi nyawa yang harus hilang karena sepak bola, dan itu terjadi beberapa hari yang lalu di Kanjuruhan, Malang.
Dari ketiga poin - poin yang saya khawatirkan tersebut beberapa waktu sebelum kejadian di Kanjuruhan, ternyata itu terjadi semua, itu yang membuat saya harus membuka sebelah mata saya, yang selama ini tertutup dengan logika gila tentang sepak bola, dan menjadi tolak ukur sekali lagi.
Kembali keatas, menjawab isi chatting WhatsApp pertanyaan teman saya yang menanyakan apa pendapat saya tentang acara tersebut setelah saya nonton full dan ambil notulen nya adalah: "biarkanlah yang berwenang untuk menyelidiki setiap kasus-kasus penemuan tersebut dan harus di usut sampai tuntas, jangan ada yang menunggangi apalagi saling lempar bola api atau menghilangkan sebuah bukti yang memang harus di buktikan. Untuk kita suporter tetap harus kawal ini bersama-sama, rawat kesadaran kalian, sudahi ratai permusuhan itu. Lo boleh kok anjing-anjingin gue, tapi ketika gue gak marah lo anjjng-anjingin, berarti temenan kita udah kentel.. Rivalitas itu boleh, tapi jangan membunuh. Jadikan kejadian kelam ini sebagai pembenahan untuk semua aspek.. Karena rival sejati tidak ingin rival nya mati."
Terakhir, saya tidak mengharapkan kejadian ini yang terakhir kalinya dan saya juga tidak mau menyalahkan takdir, tapi ketika kita bisa sama-sama mewaspadai itu kemungkinan hilang nyawa karena sepak bola akan nihil. InsyaAllah
Jika sepak bola lebih berharga daripada sebuah nyawa, lebih baik tidak ada sepak bola sama sekali.
Sepak bola bisa melumpuhkan logika manusia, tapi manusia tidak bisa di lumpuhkan sepak bola.
"Football is a must, but humanity above all" kalau kata anak-anak Persija fans peduli
Police everywhere, justice nowhere
Rawat kesadaran!
Sampai bertemu di tribun yang sudah aman
No comments:
Post a Comment