Setelah beberapa waktu yang sangat panjang, Akhirnya tibalah pada pertandingan penghujung kompetisi, dimana puncak dari klimaks drama - drama sebelumnya, kompetisi yang sangat panjang dimulai dari Mei 2018 dan berakhir di Agustus 2019, yang kini menyajikan final piala Indonesia antara Persija vs PSM dengan skor agregat 2-1 untuk kemenangan PSM dan menjadikan PSM sebagai Capolista untuk gelaran Piala Indonesia 2018 (Padahal tahun nya sudah 2019)
Disini, saya tidak akan berbicara banyak tentang jalannya pertandingan, yang dirasa memang Persija kalah telak dalam urusan strategi dan segalanya, Tapi disini saya akan mencoba menelisik dan mengungkapkan apa yang sebenarnya saya ketahui, Kejadian non teknis diluar lapangan, seperti apa yang diberitakan media media ternama, sampai harus mengorbankan persahabatan antara Jakarta dan Makassar yang kini katanya terpecah.
Media massa saat ini terus menggoreng dan menyajikan santapan nya kepada khalayak orang, disana barang dagangannya dijual, kita yang menonton adalah konsumen yang terus di hantui rasa ingin tahu apa yang telah terjadi sebenarnya .
Sebenarnya, hubungan Jakarta dan Makassar tidak pernah mempunyai track record permusuhan, sejak jaman perserikatan mungkin. Ada orang Bugis punya istri orang Betawi, orang Betawi punya menantu orang Bugis, dan masih banyak yang lainnya, yang bahkan saya sendiri adalah peranakan dari ayah yang berdarah Bugis Makassar.
Bicara tentang sepak bola, Beberapa kurun waktu belakangan ini hubungan Jakarta Makassar memang sedang retak, namun belum terpecah sampai berkeping-keping seperti saat ini..
Dan faktor dari keretakan itu adalah ketika saat musim Liga 1 2017 , dimana ada 3 tim papan atas saat itu yang berpeluang menjadi juara, Bali united, PSM dan Bhayangkara FC. Khusus Bali Utd dan PSM, saat itu poin mereka hanya selisih beberapa poin saja dan jauh meninggalkan bayang bayang Bhayangkara FC disana.
Sampai akhirnya, Pertemuan penentuan juara antara PSM vs Bali utd lah yang dirasa lebih ditentukan lewat pertandingan tersebut.. akan tetapi match antara PSM vs Bali hanya berlangsung skor kaca mata, sampai akhirnya terjadi keributan di sana.. namun beberapa hari kemudian, keluarlah berita mengejutkan dimana Bhayangkara FC mendapatkan tambahan poin imbas dari terkena sanksinya Mitra Kukar yang telah terindikasi memainkan Sissoko saat bertemu kontestan tim liga 1 lain nya, saat itu yang notabennya terkena kartu merah dan harus absen saat itu.. sontak menimbulkan efek curiga antara pihak PSM dan Bali.
Dan akhir nya, liga 1 2017 pun berhasil di juarai oleh Bhayangkara usai mendapatkan poin ghibah saat itu, Peringkat kedua adalah Bali united yang dirasa paling dicurangi saat itu, peringkat ketiga ada PSM dan peringkat ke 4 adalah Persija Jakarta, apakah disini permasalahannya ? Bukan mari kita jabarkan dibawah ini.
Sesuai peraturan FIFA dan AFC, yang berlaku mewakili Indonesia di ajang Liga Champions Asia adalah peringkat 1 liga dan Yang mewakili Indonesia di ajang AFC Cup adalah peringkat kedua di liga.. Karna saat itu Bali united baru saja memulai karir sebagai klub profesional, Bali tidak mendapatkan / lolos verifikasi AFC , juga PSM Makassar, mereka dianggap belum memenuhi kriteria yang didalam syarat FIFA untuk mewakili Indonesia di ajang internasional..
Sementara itu, di peringkat 4 dan 5 ada Persija dan Madura, Persija lolos verifikasi namun tidak dengan Madura, Dengan demikian Persija lah yang di tunjuk langsung oleh PSSI untuk mewakili Indonesia di Asia.
Dengan di tunjuk nya Persija yang mewakili Indonesia di kancah Asia, ternyata menimbulkan kecemburuan hatters Persija yang kayaknya sudah melebihi fans setia nya, Banyak isu dimana mana bahwa Persija dibantu untuk bermain di Asia, terlebih akun akun anonim dari Makassar yang nampaknya kurang terima, tim yang berada di bawah tim kebanggaannya malah yang mewakili Indonesia di Asia.
Kecemburuan kecemburuan tersebut semakin mengakar, terutama saat hatters Persija semakin Jago untuk menghasut orang Makasar untuk berteman dengan mereka agar dapat memusuhi anak Jakarta.
Akhirnya kecemburuan itu menimbulkan retakan retakan baru didalam hubungan antara Jakarta dan Makassar, Terutama saat mereka berhasil mewujudkan atau membongkar siapa pemilik asli Persija.
Retakan retakan itu terus saja merembet ke beberapa tempat, Sampai akhirnya tibalah pecahan sedikit demi sedikit saat Persija berhasil Juara saat liga 1 musim 2018 kemarin. Faktor pecahan itu juga mungkin timbul karena ulah hatters Persija yang lagi lagi mampu mewujudkan keinginannya untuk menghasut anak Makassar untuk berteman dengan mereka dan memusuhi anak Jakarta, timbulah kata "Anak Papa" dan "Juara settingan" , Itu dimulai dari mulut mulut bau hatters Persija sendiri yang merembet ke pikiran anak anak Makassar.
Sampai akhirnya, Klimaks perpecahan dan retakan retakan itu datang saat final piala Indonesia kemarin, tepatnya tanggal 28 Juli 2019, dimana Bus Persija yang saat itu tengah mengalami sesudah official training, dipaksa untuk menikmati lempar jumroh yang katanya itu oknum yang sampai sekarang mungkin belum di usut tuntas dan mengenai mata official Persija saat itu, akhirnya menimbulkan match final di tunda dan akhirnya sampai beredar kejadian di Tebet yang membuat hubungan Jakarta Makassar sudah pecah.
Sebetulnya, jika dilihat secara non teknis, justru Persija lah yang amat sangat rugi untuk match ini, Pertandingan batal Persija terbang dari Makassar menuju Jakarta, Sampai Jakarta mereka bermain lawan Arema tanggal 3 dan harus kembali ke Makassar tanggal 5 malam tanpa uji coba lapangan, mustahil bukan?
Belum lagi, seharusnya ketika kita melihat Bagan Piala Indonesia, Justru PSM lah yang harusnya menjadi tuan rumah lebih dulu di leg 1, dan Persija tuan rumah di leg 2, tapi nyatanya? Bahan tersebut di ubah beberapa hari menjelang final, tentu sebuah hal non teknis yang lelucon bukan hehe
sekarang, retakan - retakan yang sudah menjadi pecahan itu tidak bisa bersatu kembali, bola api semakin membesar..
siapa kah yang harusnya mengalah?
Terakhir dari saya:
jika memang piala itu berarti untuk kalian, ambil lah.. biarkan hubungan kita yang sudah terjalin lama ini menjadi korban nya.. silahkan kalian termakan hasutan yang dikeluarkan oleh hatters hatters kami, sampai akhirnya nanti kalian sendiri menjadi Boomerang nya mereka.
Ini hanya curhatan saya, seorang Persija fans yang berdarah Makassar !
Wednesday, August 7, 2019
Tuesday, August 6, 2019
Awaydays, Sebuah cerita abadi
Indonesia dengan iklim sepakbola yang mendarah daging berhasil meletakan sepakbola menjadi magnet besar nan gagah. Semua orang tau sepakbola di Indonesia mampu menarik berbagai elemen masyarakat untuk ambil bagian, setidaknya berkomentar dan duduk di depan tv menyaksikan laga laga timnas dan klub Eropa serta Amerika Latin.
Menjadi bagian dari gairah besar sepakbola di negara ini tidak cukup dengan selonjoran di depan tv dan berkomentar di sosial media. Menjadi bagian gairah besar sepakbola Indonesia adalah datang langsung ke stadion. Berbuat sesuatu untuk klub lokal. Berjalan dari stadion ke stadion bersama klub kebanggaan.
Meskipun dengan dalih sepakbola Indonesia masih ketinggalan lantas banyak orang yang kemudian sangat apatis, bukan sekedar apatis lagi levelnya. Hak setiap orang untuk bertahan pada level rendahan seperti ini. Silakan jika mungkin nanti tergerak ketika sepakbola kita sudah memiliki banyak kemajuan.
Banyak pengalaman yang didapat ketika mendukung klub lokal. Ketika bermain di kandang dukungan sedikit hambar karena ribuan supporter lain meneriakan chant yang sama. Dukungan menjadi jauh lebih terasa ketika menemani klub lokal bermain tandang. Supporter menyebut ritual ini sebagai awaydays.
Supporter tentu tak akan membiarkan pahlawannya berjuang sendirian. Loyalitas supporter menjadi bekal pertaruhan harga diri klub ketika bermain di kandang lawan, namun ritual awaydays bukan perkara mudah karena seringkali berbenturan dengan aktivitas pribadi. Yah memang tidak ada perjuangan yang mudah di dunia ini.
Beratnya awaydays menuntut persiapan matang agar dapat memberikan support dengan optimal dan aman. Mulai dari biaya, kendaraan, jalur jalan, tiket serta tempat singgah menjadi point-point utama yang pertama kali terlintas di pikiran dan segera harus dituntaskan sebelum hari keberangkatan.
Saya beberapa kali mengikuti awaydays.
Aktivitas ini memunculkan pengalaman yang sukar dilupakan. Pengalaman sederhana namun terasa membekas, bahkan sampai saat ini. Awaydays sebagai penjabaran rasa memiliki terhadap klub, kemudian membias menjadi aktivitas dengan atmosfer kekeluargaan yang mengakrabkan satu sama lain.
Perjalanan awaydays
Mulai dari mempersiapkan mobil dengan segala alasan yang harus kami haturkan kepada sang pemilik untuk menyewa satu hari penuh. Ini bukan perkara mudah karena image supporter kurang baik memang dimata masyarakat. Kereta api juga kerap dipilih meskipun semakin hari semakin ditinggalkan oleh kelompok kami karena tidak bebas dan kami rasa aktivitas ini mengganggu penumpang lain. Maka mobil pribadi atau bus menjadi pilihan utama.
Selama perjalanan chant-chant tidak berhenti dinyanyikan. Di dalam kendaraan lagu-lagu penyemangat dihentakan. Seperti saat perjalanan menuju Semarang, Jawa Tengah, nyanyian chant yang biasa terdengar di stadion muncul di dalam bus.
Tidak jarang warga diperjalanan yang bersimpati melambaikan tangan. Mereka tau jika di dalam bus terdapat rombongan supporter sepakbola karena beberapa syal tidak sengaja menjulur keluar., masyarakat akan memberikan sambutan yang baik jika supporter juga menghormati mereka.
Membunuh waktu di perjalanan dengan bercanda dan membicarakan apapun. Bercerita tentang klub kebanggaan yang seringkali dikerjai wasit. Menceritakan bagaimana bisa sampai ke kota dimana klub kami bertanding sementara diharuskan melewati kota supporter rival. Bahkan ide revolusioner bagi kemajuan klub sering tercetus di saat seperti ini.
Perjalanan awaydays kerap melewati kota yang juga memiliki klub sepakbola. Tidak jarang awaydays menjadi ajang kopi darat bagi komunitas-komunitas supporter berbeda klub. Saling bertukar pikiran mengenai sepakbola dan terpenting mempererat persaudaraan sesama supporter klub lokal Indonesia menjadi, meskipun hanya pertemuan sederhana dengan duduk lesehan di bawah pohon.
Sebuah pemandangan yang mengharukan ketika datang disambut di titik tertentu dan pulang diberi oleh-oleh makanan khas daerah tersebut. Biasanya penyambutan seperti ini hanya karena kabar di media sosial bahwa rombongan hendak menuju kota tertentu dan melewati kota mereka atau beberapa kawan yang suda terlebih dahulu mengenal kawan di komunitas supporter klub lain.
Awaydays adalah perjalanan yang mengajarkan nilai kekeluargaan. Ketika ada kawan yang tidak memiliki cukup biaya, maka kawan yang lain akan dengan sukarela memberikan uangnya sekedar untuk makan. Saat ada kawan yang sakit segera kesadaran kawan yan lain mencarikan obat atau membawanya ke klinik terdekat.
Pernah suatu kali ketika perjalanan away ada kawan yang mendadak sakit. Sontak beberapa kawan memilih untuk tinggal untuk menunggui kawan yang sakit ini. Inilah mengapa di luar kehidupan supporter di antara anggota komunitas terjalin ikatan yang kuat, meskipun tidak sedang dalam acara yang terkait dengan sepakbola.
Awaydays yang luar biasa juga terjadi saat kami pulang menggunakan kereta. Semua anggota komunitas pulang dengan uang pas-pasan. Alhasil seberapapun uang yang ada kami kumpulkan untuk membeli nasi dan air minum, kemudian makan beramai ramai.
Ban bocor, terpaksa diberhetikan polisi karena mendapat tilang atau mesin mogok sudah menjadi bumbu perjalanan awaydays. Walaupun kami sadar ini adalah penghalang namun tidak serta merta ditanggapi dengan kegelisahan dan gerutu yang memperburuk suasana. Awaydays adalah bersenang-senang bersama kawan dengan passion yang sama. Oleh karenanya suasana penuh canda justru muncul. Sambil melepas lelah karena posisi duduk di dalam kendaraan, situasi seperti ini dimanfaatkan untuk bersendau gurau membicarakan banyak hal. Tidak melulu mengenai sepakbola.
Tak jarang perjalanan away dibumbui rivalitas dengan supporter lain yang menjurus kasar. Banyak supporter yang masih hobi menghadang rombongan supporter lain di jalan. Kecerdasan untuk menghindar jauh lebih bijak daripada memaksakan diri bertarung secara konyol di jalanan. Pastikan tujuan kita hanya dan hanya mendukung klub kebanggaan, tak ada niatan lain selain itu. Maka segala cara digunakan untuk menghindari bentrokan yang sama sekali tidak penting ini. Kebangaan tetaplah kebanggaan. Kebangaan harus dirawat dengan cara terus hidup dan meneriakan chant yang sama di setiap pertandingan. Bukan terhempas di jalanan dan tak bisa lagi meneriakan chant chant patriotik di stadion.
Sesampainya di stadion lawan
Sesampainya di stadion ada getaran yang menembus badan ini. Entah apa yang saya rasakan saat itu. Layaknya memasuki medan pertempuran, saya merasakan ketegangan yang sama dengan awaydays yang lain, tapi tak saya rasakan ketika bermain di kandang. Memasuki tribun supporter khusus tamu. Bergabung dengan komunitas lain sesama klub yang kami dukung menandakan bukan saatnya bersenang-senang lagi seperti di perjalanan.
Mempersiapkan bendera berukuran besar, membentangkan spanduk bertuliskan klub kebanggaan kami, mencari ujung spanduk bergambar nama komunitas untuk dililitkan ke pagar tribun. Semua aktifitas ini menjadi pembuka sebelum laga. Jika pemain melakukan pemanasan, inilah bentuk pemanasan kami.
Stadion demi stadion kami datangi. Meskipun tidak semua laga away kami ikuti, namun cukuplah kiranya menebus tugas kami untuk memberikan dukungan kepada para pahlawan sekuat tenaga. Stadion-stadion legendaris dengan karakter dan kisah heroiknya masing-masing menjadi medan laga bagi supporter-supporter yang sepenuh hati, raga dan jiwa memberikan dukungan kepada klub.
Punggawa melakukan pemanasan. Kami berdiri menyanyikan chant yang semula kami teriakan di dalam kendaraan. Bersama puluhan supporter lain pengalaman ini tiada bandingannya dengan pertandingan kandang dengan lawan manapun. Selalu ada yang berbeda ketika dengan susah payah mendukung klub favorit kami di stadion musuh degan jarak ratusan kilometer jauhnya.
Semangat di kandang musuh terasa jauh berkali-kali lipat ketimbang yang dirasakan ketika partai kandang. Lantangnya suara saat meneriakkan chant penyemangat bagi punggawa beradu dengan pekik semangat supporter tuan rumah yang jumlahnya ribuan.
Beberapa kawan menghempas-hempaskan giant flag, yang lain memberikan teriakan penyemangat, saya duduk dipagar sambil terus menyanyikan pujian bagi klub kebanggaan. Berharap mereka yang di lapangan mendengar suara-suara kami di tribun jauh. Sungguh pengalaman mendukung di kandang musuh menjadikan jiwamu akan terdorong untuk selalu melakukan yang lebih bagi klub.
Menang atau kalah hampir tidak terpikirkan, karena semangat yang supporter tularkan kepada pemain lebih dari sekedar point. Ketika pemain berlaga dengan penuh semangat dan passion maka inilah balasan yang setimpal bagi supporter. Meskipun akhirnya pulang dengan kekalahan, kepala tetap tegak saat berjalan keluar stadion. Skor adalah sementara sedangkan kebanggaan tak akan lenyap terhapus hanya dengan kekalahan.
Sebelum maghrib saya melipat kembali spanduk bertuliskan komunitas kecil dari kampung dimana saya tinggal. Berjalan meninggalkan stadion kemudian mencari tempat untuk beristirahat sejenak. Kembali mereview apa yang terjadi di lapangan. Sambil menikmati makan malam di kota yang baru tadi siang saya singgahi. Sambil melepas lelah setelah berteriak dipagar tribun dan perjalanan yang teramat jauh.
Menjadi bagian dari gairah besar sepakbola di negara ini tidak cukup dengan selonjoran di depan tv dan berkomentar di sosial media. Menjadi bagian gairah besar sepakbola Indonesia adalah datang langsung ke stadion. Berbuat sesuatu untuk klub lokal. Berjalan dari stadion ke stadion bersama klub kebanggaan.
Meskipun dengan dalih sepakbola Indonesia masih ketinggalan lantas banyak orang yang kemudian sangat apatis, bukan sekedar apatis lagi levelnya. Hak setiap orang untuk bertahan pada level rendahan seperti ini. Silakan jika mungkin nanti tergerak ketika sepakbola kita sudah memiliki banyak kemajuan.
Banyak pengalaman yang didapat ketika mendukung klub lokal. Ketika bermain di kandang dukungan sedikit hambar karena ribuan supporter lain meneriakan chant yang sama. Dukungan menjadi jauh lebih terasa ketika menemani klub lokal bermain tandang. Supporter menyebut ritual ini sebagai awaydays.
Supporter tentu tak akan membiarkan pahlawannya berjuang sendirian. Loyalitas supporter menjadi bekal pertaruhan harga diri klub ketika bermain di kandang lawan, namun ritual awaydays bukan perkara mudah karena seringkali berbenturan dengan aktivitas pribadi. Yah memang tidak ada perjuangan yang mudah di dunia ini.
Beratnya awaydays menuntut persiapan matang agar dapat memberikan support dengan optimal dan aman. Mulai dari biaya, kendaraan, jalur jalan, tiket serta tempat singgah menjadi point-point utama yang pertama kali terlintas di pikiran dan segera harus dituntaskan sebelum hari keberangkatan.
Saya beberapa kali mengikuti awaydays.
Aktivitas ini memunculkan pengalaman yang sukar dilupakan. Pengalaman sederhana namun terasa membekas, bahkan sampai saat ini. Awaydays sebagai penjabaran rasa memiliki terhadap klub, kemudian membias menjadi aktivitas dengan atmosfer kekeluargaan yang mengakrabkan satu sama lain.
Perjalanan awaydays
Mulai dari mempersiapkan mobil dengan segala alasan yang harus kami haturkan kepada sang pemilik untuk menyewa satu hari penuh. Ini bukan perkara mudah karena image supporter kurang baik memang dimata masyarakat. Kereta api juga kerap dipilih meskipun semakin hari semakin ditinggalkan oleh kelompok kami karena tidak bebas dan kami rasa aktivitas ini mengganggu penumpang lain. Maka mobil pribadi atau bus menjadi pilihan utama.
Selama perjalanan chant-chant tidak berhenti dinyanyikan. Di dalam kendaraan lagu-lagu penyemangat dihentakan. Seperti saat perjalanan menuju Semarang, Jawa Tengah, nyanyian chant yang biasa terdengar di stadion muncul di dalam bus.
Tidak jarang warga diperjalanan yang bersimpati melambaikan tangan. Mereka tau jika di dalam bus terdapat rombongan supporter sepakbola karena beberapa syal tidak sengaja menjulur keluar., masyarakat akan memberikan sambutan yang baik jika supporter juga menghormati mereka.
Membunuh waktu di perjalanan dengan bercanda dan membicarakan apapun. Bercerita tentang klub kebanggaan yang seringkali dikerjai wasit. Menceritakan bagaimana bisa sampai ke kota dimana klub kami bertanding sementara diharuskan melewati kota supporter rival. Bahkan ide revolusioner bagi kemajuan klub sering tercetus di saat seperti ini.
Perjalanan awaydays kerap melewati kota yang juga memiliki klub sepakbola. Tidak jarang awaydays menjadi ajang kopi darat bagi komunitas-komunitas supporter berbeda klub. Saling bertukar pikiran mengenai sepakbola dan terpenting mempererat persaudaraan sesama supporter klub lokal Indonesia menjadi, meskipun hanya pertemuan sederhana dengan duduk lesehan di bawah pohon.
Sebuah pemandangan yang mengharukan ketika datang disambut di titik tertentu dan pulang diberi oleh-oleh makanan khas daerah tersebut. Biasanya penyambutan seperti ini hanya karena kabar di media sosial bahwa rombongan hendak menuju kota tertentu dan melewati kota mereka atau beberapa kawan yang suda terlebih dahulu mengenal kawan di komunitas supporter klub lain.
Awaydays adalah perjalanan yang mengajarkan nilai kekeluargaan. Ketika ada kawan yang tidak memiliki cukup biaya, maka kawan yang lain akan dengan sukarela memberikan uangnya sekedar untuk makan. Saat ada kawan yang sakit segera kesadaran kawan yan lain mencarikan obat atau membawanya ke klinik terdekat.
Pernah suatu kali ketika perjalanan away ada kawan yang mendadak sakit. Sontak beberapa kawan memilih untuk tinggal untuk menunggui kawan yang sakit ini. Inilah mengapa di luar kehidupan supporter di antara anggota komunitas terjalin ikatan yang kuat, meskipun tidak sedang dalam acara yang terkait dengan sepakbola.
Awaydays yang luar biasa juga terjadi saat kami pulang menggunakan kereta. Semua anggota komunitas pulang dengan uang pas-pasan. Alhasil seberapapun uang yang ada kami kumpulkan untuk membeli nasi dan air minum, kemudian makan beramai ramai.
Ban bocor, terpaksa diberhetikan polisi karena mendapat tilang atau mesin mogok sudah menjadi bumbu perjalanan awaydays. Walaupun kami sadar ini adalah penghalang namun tidak serta merta ditanggapi dengan kegelisahan dan gerutu yang memperburuk suasana. Awaydays adalah bersenang-senang bersama kawan dengan passion yang sama. Oleh karenanya suasana penuh canda justru muncul. Sambil melepas lelah karena posisi duduk di dalam kendaraan, situasi seperti ini dimanfaatkan untuk bersendau gurau membicarakan banyak hal. Tidak melulu mengenai sepakbola.
Tak jarang perjalanan away dibumbui rivalitas dengan supporter lain yang menjurus kasar. Banyak supporter yang masih hobi menghadang rombongan supporter lain di jalan. Kecerdasan untuk menghindar jauh lebih bijak daripada memaksakan diri bertarung secara konyol di jalanan. Pastikan tujuan kita hanya dan hanya mendukung klub kebanggaan, tak ada niatan lain selain itu. Maka segala cara digunakan untuk menghindari bentrokan yang sama sekali tidak penting ini. Kebangaan tetaplah kebanggaan. Kebangaan harus dirawat dengan cara terus hidup dan meneriakan chant yang sama di setiap pertandingan. Bukan terhempas di jalanan dan tak bisa lagi meneriakan chant chant patriotik di stadion.
Sesampainya di stadion lawan
Sesampainya di stadion ada getaran yang menembus badan ini. Entah apa yang saya rasakan saat itu. Layaknya memasuki medan pertempuran, saya merasakan ketegangan yang sama dengan awaydays yang lain, tapi tak saya rasakan ketika bermain di kandang. Memasuki tribun supporter khusus tamu. Bergabung dengan komunitas lain sesama klub yang kami dukung menandakan bukan saatnya bersenang-senang lagi seperti di perjalanan.
Mempersiapkan bendera berukuran besar, membentangkan spanduk bertuliskan klub kebanggaan kami, mencari ujung spanduk bergambar nama komunitas untuk dililitkan ke pagar tribun. Semua aktifitas ini menjadi pembuka sebelum laga. Jika pemain melakukan pemanasan, inilah bentuk pemanasan kami.
Stadion demi stadion kami datangi. Meskipun tidak semua laga away kami ikuti, namun cukuplah kiranya menebus tugas kami untuk memberikan dukungan kepada para pahlawan sekuat tenaga. Stadion-stadion legendaris dengan karakter dan kisah heroiknya masing-masing menjadi medan laga bagi supporter-supporter yang sepenuh hati, raga dan jiwa memberikan dukungan kepada klub.
Punggawa melakukan pemanasan. Kami berdiri menyanyikan chant yang semula kami teriakan di dalam kendaraan. Bersama puluhan supporter lain pengalaman ini tiada bandingannya dengan pertandingan kandang dengan lawan manapun. Selalu ada yang berbeda ketika dengan susah payah mendukung klub favorit kami di stadion musuh degan jarak ratusan kilometer jauhnya.
Semangat di kandang musuh terasa jauh berkali-kali lipat ketimbang yang dirasakan ketika partai kandang. Lantangnya suara saat meneriakkan chant penyemangat bagi punggawa beradu dengan pekik semangat supporter tuan rumah yang jumlahnya ribuan.
Beberapa kawan menghempas-hempaskan giant flag, yang lain memberikan teriakan penyemangat, saya duduk dipagar sambil terus menyanyikan pujian bagi klub kebanggaan. Berharap mereka yang di lapangan mendengar suara-suara kami di tribun jauh. Sungguh pengalaman mendukung di kandang musuh menjadikan jiwamu akan terdorong untuk selalu melakukan yang lebih bagi klub.
Menang atau kalah hampir tidak terpikirkan, karena semangat yang supporter tularkan kepada pemain lebih dari sekedar point. Ketika pemain berlaga dengan penuh semangat dan passion maka inilah balasan yang setimpal bagi supporter. Meskipun akhirnya pulang dengan kekalahan, kepala tetap tegak saat berjalan keluar stadion. Skor adalah sementara sedangkan kebanggaan tak akan lenyap terhapus hanya dengan kekalahan.
Sebelum maghrib saya melipat kembali spanduk bertuliskan komunitas kecil dari kampung dimana saya tinggal. Berjalan meninggalkan stadion kemudian mencari tempat untuk beristirahat sejenak. Kembali mereview apa yang terjadi di lapangan. Sambil menikmati makan malam di kota yang baru tadi siang saya singgahi. Sambil melepas lelah setelah berteriak dipagar tribun dan perjalanan yang teramat jauh.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku
Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...
-
Pukul 3 pagi, jumat di oktober awal dini hari setelah usai pulang kerja dan mengantar kekasih tersayang kerumahnya di dekat daerah Mampang,...
-
Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai politik sangat kuat, mungkin di beberapa negara pula sama, namun pada prakteknya, politik di ...