Friday, January 20, 2023

Pamit.


Beberapa hari ini, saya lebih mengurung diri ditempat persembunyian yang menurut saya dapat membackup saya dari beberapa problematika hidup yang saya alami. Sekedar untuk liat Handphone saja saya merasa suntuk, bukan karena saya takut untuk bercengkrama, tapi lebih untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan terbaik.

Pasang surut asmara, berantakan nya kehidupan keluarga, hingga buruknya karir yang saya alami beberapa hari terakhir yang membuat saya ambil sikap untuk mengurung diri.

Hari ini, saya memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman tersebut, kembali mencoba ambil asa-asa yang kemarin mencoba larut sedemikiran rupa karena ekspetasi saya yang terlalu jauh, ikhlas mungkin kata yang paling tepat untuk saya hadapkan sekarang ini.

Saya berterima kasih kepada diri saya, sudah melangkah sejauh sampai hari ini, meski kemarin-kemarin saya kembali ke setelan pabrik untuk sesekali merasakan pahit setelah senang hadir sebentar, tak apa.

Kulihat, kamu sudah tidak lagi berlarut dalam kesedihan yang kamu alami, senang dengar nya. Bahkan kamu bisa berkomunikasi kembali dengan beberapa teman lawan jenis yang sebelumnya kamu kurangi intensitiasnya. Saya cukup bangga, bahagia mu kini tidak ada lagi ikut campur dalam urusanku sekarang, hanya itu yang bisa saya berikan mungkin setelah apa yang kamu alami kemarin-kemarin.

Saya meminta maaf sedalam-dalamnya, apabila semua reaksi yang saya buat atas kesalahanmu terlalu berlebih, mungkin rasa sayang saya yang terlalu begitu fanatik, sampai pada akhirnya saya lupa bahwa saya seharusnya ada kans untuk ditinggalkan karna reaksi saya sendiri.

Izinkanlah saya berstatement, agar semuanya lebih objektif biar konsumsi publik tidak terlalu berpihak pada satu sisi saja. Seperti apa yang kau bilang ke semuanya. Bukan saya mencari pembenaran, lebih ingin mereka tahu, apa sebab atas reaksi saya yang begitu berlebih.

Satu hal yang cukup saya sayangkan, mengapa kita yang terlalu satu visi, mengapa lupa ada pewajaran-pewajaran perbedaan yang kecil kita lupakan, tidak terlalu fair dalam mengambil keputusan. No problem, mungkin kamu punya keputusan sendiri yang membuat kamu lebih punya itegritas lebih.

Balik lagi kepada diri saya, sekarang saya tidak ingin kedalam jalur bahagia kamu, tidak juga menuntut pengakuan dari siapapun, yang jelas saya berada di titik ini sudah menjadi sebuah pecapaian luar biasa dengan segala perjuangan di balik ini semua. Saya sadar, semua orang tidak akan ada tolak ukur untuk sebuah pencapaian. Kalau dirasa perjuangan saya selama ini tidak ada arti, ya gapapa semua sudah saya ambil resikonya di awal, seperti yang pernah saya ucapkan sebelum mengawali hubungan ini.

Kini saya sudah mulai untuk lebih ikhlas menerima apapun, dan kau berhak bahagia dengan siapapun pilihanmu.

Saya selalu mendoakan hal-hal baik selalu singgah kepadamu, kamu ambil jalan mu, dan biarkan saya ambil jalan pilihan saya sendiri.

Terima kasih untuk waktu sebentar yang pernah buat saya menjadi tujuan awal untuk semangat dalam mencapai apapun, saya pamit untuk tidak akan kembali.

Selamat berjuang.






Wednesday, January 11, 2023

Perjalanan memberikan pelajaran untuk pulang

 Perjalanan jauh sendiri itu gak muluk-muluk soal patah hati.

Lu bisa ngelakuin kapan aja ketika lu merasa ada yang salah dari diri lu sendiri.

Entah lu kurang ngobrol sama diri lu, tentang gimana caranya lu merasa paling bersalah sama orang atau mungkin lu terlalu fanatik sama suatu hal yang pada akhirnya yang lu takutin justru malah terjadi.


Percaya deh,

kita gabakal bisa semuanya ngikutin apa yang kita mau, lu harus berusaha coba merasa nerima setiap apa yang lu harapin gak sesuai sama expect lu sendiri.


Coba sesekali lu pergi jauh, tanpa lu harus rencanain sebelumnya, asik kok.

Disana, lu bakal tau artinya ternyata apa yang belum lu rencanakan, justru malah bisa ngebuat lu merasa lebih baik.


Ketemu orang baru, berusaha adaptasi sama lingkungan yang sebelumnya kita tidak kenal, improve di keadaan yang lu sendiri gatau arah tujuan nya kemana.


Hari ini, gue coba pergi jauh tanpa tujuan awal.


Lagi-lagi, gue menempatkan tujuan dadakan gue ke Bandung, entah gatau apa yang ada di pikiran disaat malem nya gue dadakan pesen tiket dan paginya gue harus cepet-cepet kejar kereta.


Awalnya gue pikir "Aduh gue bisa gak ya tanpa persiapan dengan perjalanan jauh gini" tapi ternyata gue bisa kok, dan malah bisa tetep terus jalan, sampai pada akhirnya gue naik kereta serayu tujuan pasar senen - bandung.


Lo tau gak? gue duduk di kursi berhadapan yang isinya ada suami, istri dan satu anak kecil. Awalnya gue pikir gue akan canggung, karena hampir sebagian kursi itu milik mereka, ya cuma sisa 1 kursi yang gue dapatkan untuk gue sendiri.



Kenapa sih KAI nyiptain kursi kereta kelas ekonomi itu berhadapan? tujuan nya, biar ketika lo berpergian sendiri tanpa ada temen yang nemenin, dan lo berhadapan sama orang yang baru lo kenal, lo bisa bercengkrama, adaptasi sama situasi baru bahkan sekedar basa - basi "tujuan nya kemana kak?" keren kan ide nya Ignasius jonan buat nyipatin itu.


Disepanjang perjalanan kereta yang gue tumpangin, gue awalnya bingung mulai dari mana untuk bercakap, sebab kalo gue diem, pasti di hadapkan sama hal hal krik dong? gila aja kursi berhadapan, kalo gak salah satunya tidur.


Tapi, gue tipikal orang yang cair dan gampang beradaptasi, akhirnya gue mulai percakapan dari sekedar basa basi itu, sampai pada akhirnya ada pembahasan soal kerjaan, hidup, covid, kereta panorama, hiking dan banyak hal lah yang bikin suasana hidup saat gue dan ketiga orang itu berhadapan.


Gue ngerasain betul, vibes nya berpergian jauh sendirian. Disitu banyak pengalaman yang gue ambil. 


Sampai kelar di stasiun Bandung, gue pun gak buru-buru untuk sekedar booking hotel atau langsung memesan ojek online untuk anter gue ketempat yang mau gue tuju. Gue lebih ingin menikmati waktu gue berpergian sendiri, menyusuri jalan yang gue tapakin, melihat orang berlalu lalang, pedagang yang gak pernah capek nawarin dagangan nya, tukang ojek pangkalan yang setia nunggu pelanggannya, kokoh-kokoh cina yang berharap ada yang beli emas nya saat itu, anak sekolah yang baru pulang, sekumpulan pekerja yang istirahat makan bakso di samping emperan toko toko bangunan, pengamen yang dengan suara pekik nya selalu menyanyikan walaupun gak ada satupun yang notice, angkot yang ngetem, traffict light bandung yang semrawut, suporter persib yang nunggu jemputan nya dateng, sampai akhirnya gue menemukan hotel yang gue sebelumnya belum di tuju.



Sampai nya di hotel, gue langsung buru-buru pesen, gue taro barang-barang gue di hotel, lagi-lagi setelah itu gue gak tau harus tujuan nya kemana, karena hari ini ada pertandingan persib melawan persija di gede bage, gue langsung kepikiran untuk coba kali ya buat kesana, padahal waktu di jakarta tujuan gue ke bandung bukan soal itu.


Lanjutlah gue ikutin tujuan dadakan gue, sampai akhirnya kelar pertandingan, lagi-lagi gue menemukan orang baru yang belum gue kenal sebelumnya, mencoba untuk membaca situasi, sampai akhirnya gue bisa ngobrol sama bobotoh di Gor saparua, padahal gue sendiri berangkat dari Jakarta, dan udah pasti itu menakutkan untuk orang Jakarta yang datang kebandung karena niat awalnya nonton, tapi gue justru malah biasa aja bahkan jadi asik ngobrol sama mereka, dan gue dianterin mereka pulang ke hotel untuk kembali istirahat.



Point dari segala point yang gue tulis ini sih intinya, lu jangan pernah takut kalo lu sendirian, sekalipun lu pergi jauh tanpa arah tujuan, karena disana lu bakal menemukan hal-hal yang belum lu temuin sebelumnya, dan masih ada orang baik untuk berusaha membantu walaupun lu gatau mau kemana arahnya.


Lusebenernya bisa kok untuk sendiri, cuma terkadang pemikiran-pemikiran lo yang terlalu jauh, yang menjadi boomerang sendiri.


Sering-sering ngobrol sama diri sendiri dulu, biar lo bisa nemuin hal-hal baru yang belum lu temuin, tanpa takut rasanya nyesel dengan apa yang belum rencanain.

Perjalanan jauh dan mantra-mantra Kunto Aji kali ini membuat gue menjadi lebih hidup setelah di hadapkan oleh rasa pahit yang tak kunjung kesembuhan.


Seperti apa yang ada di liriknya: 

"Oh disana berdirilah engkau, dengan senyuman dan keping harapan, di belakang tempatmu bersandar.. Tangan ku terbuka,kapan pun kau ingat pulang."


Lo boleh pergi jauh, tapi jangan sampai lupa arah pulang.


Sekian

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...