Thursday, October 27, 2022

Sebuah tempat, bernama Rumah.

 Beberapa tahun silam, saya pernah mempunyai sebuah rumah impian, segala rancangan yang saya mau, kebunnya luas, tanaman nya indah, di buat kuat, dirancang muat, lega.


Saya bangun rumah itu begitu istimewa, didalamnya saya taruh beberapa lukisan indah dan vas bunga yang berisikan bunga yang tampak harum ketika kita hendak masuk. 


Lalu, perlahan saya memberanikan untuk mengajak orang itu untuk menetap disana, awalnya saya ajak dia didekat pekarangan rumah, lalu masuk kedalam ruangan, dan mencoba untuk negoisasi dengan saya untuk menetap.


Seluruh ruangan saya berikan keistimewaan itu padanya, ia berusaha untuk mengganti semua lukisan itu lebih menjadi berwarna, begitupula dengan vas bunga dan wangi-wangian yang menurutnya itu lebih harum lagi untuk kenyamanan kita ketika hendak pulang.


Ia berusaha untuk memberikan rumah itu tempat nyaman untuk saya, padahal itu rumah saya, namun sebegitu percaya nya saya untuk berusaha memberikan bahwa ia bisa merawatnya, di ruangan tengah adalah tempat favorit kita untuk terus bercengkrama ketika letih sehabis pulang kerja, sekedar memberikan motivasi untuk masing-masing dengan hari yang panjang.


Suatu ketika, saat saya hendak pulang, saya ketuk pintu rumah itu, tidak ada satupun orang yang menjawab. Saya bingung, kenapa dia tidak ada di dalam rumah itu, kunci nya ia bawa, padahal itu rumah tinggal saya untuk pulang. Lalu saya mencarinya, tidak ada satupun jejak yang tertinggal, hanya ada lukisan, wangi-wangian, dan vas bunga yang pernah ia ubah dan tetap tinggal ketika saya lihat dari jendela yang sudah dirusak nya.


Bertahun-tahun saya mencarinya, saya berkelana  jauh dari rumah tinggal impian saya, melewati waktu panjang di luar rumah, menemui moment tak terduga, melihat keluh kesah orang pulang kerja di bus, itu semua untuk mencari dan menemuinya untuk meminta kunci rumah itu agar saya bisa kembali pulang.


Disuatu persimpangan, saya letih mencarinya sampai saya benar-benar harus istirahat sebentar. Saya duduk ditrotoar dekat tukang kunci duplikat sambil memesan minum untuk sekedar melepas dahaga. Lalu ada seseorang menjumpai saya dan berkata "Mas, saya lihat setiap hari mas muter-muter lewat sini, sebetulnya ada apa ya, apa saya biaa bantu?" ternyata itu adalah wanita yang menjual kunci duplikat di sebuah trotoar tempat saya melepas dahaga. Lalu saya menengok dan berusaha untuk menjawab "Saya lagi cari orang yang membawa kunci rumah saya yang dia bawa, namun saya mencarinya tidak ketemu bertahun-tahun." Jawab saya. Ia pun sesegera mungkin menjawab "Wah mas terlalu kuno untuk seorang mas yang terlihat modern, kan bisa pesan kunci duplikat di saya mas." Percakapan sore itu sepertinya berlanjut ketika saya berhasil menemukan solusi untuk menduplikat sebuah kunci rumah saya yang selama ini saya cari, sampai akhirnya kita bercengkrama lebih lama bukan hanya mengenai kunci saja.


Setelah saya berhasil mendapatkan kunci duplikat tersebut, akhirnya setelah bertahun-tahun saya meninggalkan rumah itu, saya kembali dan membuka rumah impian saya yang mulai terlihat lapuk dimakan usia, dari luar tanaman belantara sudah mulai melekat dengan tembok rumah saya, sambil melihat beberapa isi rumah yang sudah mulai berantakan karena tidak mampu lagi menahan lapuknya paku-paku penyangga. 


meninggalkan sebuah rumah impian yang begitu berantakan dengan jeda waktu yang begitu lama, isinya tidak lagi bisa di bereskan, beberapa lukisan terlihat tertumpuk pudar di tepian rak dengan vas bunga yang mulai retak, saya masuk ke ruanga tempat favorit kita dulu bercengkrama, begitu amat tidak kondusif, tapi ada satu hal yang membuat saya pahit, wangi-wangian yang pernah ia taruh di sana, masih tetap harum untuk hidung saya yang mulai awam akan hal itu.


Ketika saya sedang capek membereskan rumah saya yang begitu berantakan, datanglah sesosok wanita tukang kunci duplikat yang kemarin lanjut percakapannya tidak hanya mengenai kunci saja, dia menawarkan untuk menbantu saya untuk membereskan rumah tersebut. Awalnya, saya menolak. Karena isi rumah saya, saya lah yang bertanggung jawab untuk membereskan, namun karena berantakan nya tidak begitu kondusif, saya memperbolehkan wanita itu untuk membantu membereskan, sampai rumah itu benar-benar kembali rapih seperti apa yang saya impikan.


Di jeda kita sudah berhasil untuk merapihkan semuanya, didepan teras dengan bale berisi kopi hitam dan gorengan seadanya, saya bilang kepadanya, bahwa dulu pernah ada yang memasuki rumah impian saya, menetap disini, mengubah semuanya menjadi lebih nyaman, namun tiba-tiba ia pergi dan membawa kunci itu yang membuat saya bertemu dengan kamu.


Wanita itu berkata, sekarang ia mengerti kenapa bertahun-tahun rutinitas saya mengulang melewati trotoar itu, sampai akhirnya ia menawarkan untuk berusaha memberi bantuan untuk merawat rumah saya, agar tidak seperti diawal.


Mendengar hal tersebut, saya menolak bantuan wanita itu untuk membantu saya merawat rumah itu, Lalu saya berkata: sebab saya selalu mengambil sebuah pelajaran dimana, ketika kalian mempunyai rumah, dan ada orang yang hendak menetap di rumah itu, setidaknya jangan kalian kasih keleluasaan untuk ia mengubah segalanya, apalagi memberikan kepercayaan untuk memegang kunci rumah itu, karena ketika kalian pergi, dan berusaha kembali kerumah itu, kalian tidak akan pernah bisa masuk kembali dan tidak akan mengenal rumah itu lagi.


Kini rumah impian itu kembali rapih, namun tidak seperti semula yang saya inginkan. Walaupun saya tidak banyak mengenal lagi rumah itu, namun izinkan lah saya untuk menetap sendirian, sambil memilih siapa yang berhak tinggal dan menetap dirumah ini, tanpa pergi dan membawa kunci begitu saja


Sekian

Thursday, October 6, 2022

Kita selalu berbenah, mereka tidak. #SebuahSikap

 Pukul 3 pagi, jumat di oktober awal dini hari setelah usai pulang kerja dan mengantar kekasih tersayang kerumahnya di dekat daerah Mampang, saya mendapati banyak isi pesan masuk yang singgah di ruang chatting WhatsApp pribadi saya, lalu saya membuka salah satu isi pesan tersebut yang dimana ada pesan masuk dari rekan saya yang berisi "Lo udah nonton Narasi Mata Najwa dari Najwa shihab belom? Kalo belom, nonton terus kasih kesimpulan ke gua mengenai pendapat lu." 


Sejujurnya, dalam pribadi saya, saya sudah tidak ingin lagi untuk mendengar diskusi yang tidak ada ujungnya ini, karena setiap kasus yang sudah saya alami untuk kejadian serupa beberapa kali tidak pernah ada tuntas dan saya menganggap ada pembiaran yang membuat saya tidak ingin untuk mencampur kedalam diskusi tersebut, namun hati saya selalu berbalik kepada marwah saya yang hakikatnya sebagai manusia, akhirnya sepulang saya sampai dan bersih-bersih di rumah, saya mencoba untuk mengikuti dan mendengar forum diskusi tersebut lewat streaming delay di youtube, sampai akhirnya saya menemukan poin-point untuk sebuah win win solution untuk terus mengawal kasus ini TUNTAS.



Saya sangat berduka atas apa yang terjadi di Kanjuruhan, Malang beberapa waktu silam, cukup di sayangkan ratusan orang pergi secepat itu karna kelalaian dan kurang siap nya beberapa pihak untuk menanggapi sebuah pertandingan yang bersifat High risk, dan itu menjadi tolak ukur saya kini menilai suatu pertandingan sepak bola, semenjak kejadian tersebut, hingga akhirnya saya mengambil suatu sikap untuk tidak datang kembali ke stadion yang saya suka


Sejujurnya, dalam beberapa kesempatan yang lalu, apalagi melihat klub kebanggan saya, Persija sedang bagus-bagus nya, mempunyai materi pemain kelas Eropa, saya punya rencana untuk mengajak keluarga dan pacar baru saya untuk hadir menyaksikan kebanggan saya.. Persija, ketika berlaga di Jakarta.. Terlepas Persija selalu mengkampanyekan "Tribun aman untuk siapapun" , namun dalam beberapa kesempatan pula, ada poin-poin yang saya ragukan dan mengurungkan niat saya untuk mengajak siapapun ketribun, salah satunya adalah kick off yang terlalu larut malam.


Tidak hanya soal itu saja sih, saya sempat membahas persoalan kick off larut malam ini lewat platfrom media sosial, karena dizaman seperti ini, salah satu cek ombak yang paling mudah di lihat yang diatas adalah media sosial, saya mencoba mengajak beberapa orang yang punya pandangan sama dengan saya untuk mencoba menggaungkan penolakan kick off malam tersebut, namun usaha itu sia-sia, karena operator, klub dan segala stakeholder lebih acuh serta mementingkan Hak siar di banding kritikan Suporter yang notaben nya seorang Customer yang tidak akan pernah hilang.


Kira-kira, beberapa poin pentingnya seperti ini;


Pertama, kekhawatiran-kekhawatiran kick off terlarut malam itu ialah saya seorang pegawai kontrak yang dimana datang kestadion hanya untuk menghilangkan penat setelah berhari-berhari beraktiftas, ketika menonton sepak bola terlalu larut malam, maka saya bersiaplah untuk terlambat datang ke kantor, dan itu harus berulang-ulang saya kerjakan dan harus mengurangi beberapa fee karena punishment yang harusnya aman untuk saya, ketika menonton sepak bola terlalu larut malam. 


Kedua, Indonesia terkenal dengan Gila Bola yang sangat luar biasa, namun diantara ribuan orang yang Gila Bola tersebut tidak ada 11 pemain yang bisa menembus Piala dunia sampai saat ini. Kenapa saya bilang Gila Bola? karena, setiap jam di Televisi Indonesia selalu saja ada sepak bola, bahkan Liga Primer Inggris pun rela untuk merubah jam kick off sepak bola mengikuti pasar Asia, salah satunya Indonesia.. Agar mereka bisa di tonton di belahan dunia lain (Indonesia katakanlah), karena Indonesia negara yang Gila Bola dengan jam kick off yang terlalu larut malam, kemungkinan ada beberapa anak kecil dan remaja tanggung yang berusaha menunda tidur nya lebih lama lagi (padahal besok pagi ia harus berangkat sekolah agar tidak terlambat)  hanya karena ingin melihat kebanggan nya berlaga di waktu yang kurang tepat, miris kan?


Ketiga, faktor terakhir yang saya khawatirkan ketika kick off terlalu larut malam adalah ketika kita hendak pulang, ada beberapa orang yang kelihatan capek dan ngantuk karena pulang harus dini hari, atau mereka yang harus melewati daerah-daerah rawan pembegalan dan kejahatan yang lain, mungkin saja tidak? karena kick off terlalu larut malam akan selesai dini hari pagi. Dan faktor kick off terlalu larut malam yang tidak sangat saya inginkan sekali adalah, ada lagi nyawa yang harus hilang karena sepak bola, dan itu terjadi beberapa hari yang lalu di Kanjuruhan, Malang. 


Dari ketiga poin - poin yang saya khawatirkan tersebut beberapa waktu sebelum kejadian di Kanjuruhan, ternyata itu terjadi semua, itu yang membuat saya harus membuka sebelah mata saya, yang selama ini tertutup dengan logika gila tentang sepak bola, dan menjadi tolak ukur sekali lagi.


Kembali keatas, menjawab isi chatting WhatsApp pertanyaan teman saya yang menanyakan apa pendapat saya tentang acara tersebut setelah saya nonton full dan ambil notulen nya adalah: "biarkanlah yang berwenang untuk menyelidiki setiap kasus-kasus penemuan tersebut dan harus di usut sampai tuntas, jangan ada yang menunggangi apalagi saling lempar bola api atau menghilangkan sebuah bukti yang memang harus di buktikan. Untuk kita suporter tetap harus kawal ini bersama-sama, rawat kesadaran kalian, sudahi ratai permusuhan itu. Lo boleh kok anjing-anjingin gue, tapi ketika gue gak marah lo anjjng-anjingin, berarti temenan kita udah kentel.. Rivalitas itu boleh, tapi jangan membunuh. Jadikan kejadian kelam ini sebagai pembenahan untuk semua aspek.. Karena rival sejati tidak ingin rival nya mati." 



Terakhir, saya tidak mengharapkan kejadian ini yang terakhir kalinya dan saya juga tidak mau menyalahkan takdir, tapi ketika kita bisa sama-sama mewaspadai itu kemungkinan hilang nyawa karena sepak bola akan nihil. InsyaAllah 


Jika sepak bola lebih berharga daripada sebuah nyawa, lebih baik tidak ada sepak bola sama sekali.


Sepak bola bisa melumpuhkan logika manusia, tapi manusia tidak bisa di lumpuhkan sepak bola.


"Football is a must, but humanity above all" kalau kata anak-anak Persija fans peduli


Police everywhere, justice nowhere 


Rawat kesadaran!

Sampai bertemu di tribun yang sudah aman

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...