Sunday, May 23, 2021

Surat untuk Dena

 Dear dena,

Apa kabar kamu cantik? ku harap kau tak terkejut dengan datang nya surat ini. Aku akhirnya memutuskan untuk menulis surat ini untuk mu via blog pribadiku. Entahlah, aku selalu merasa kau selalu mencari tahu tentang ku, membaca artikel demi artikel disetiap blog ku, meskipun aku tak yakin, bagaimana bisa kamu curi-curi waktu dari pacar barumu untuk sibuk mencari tahuku lagi.. tapi bukankah itu perkara hal mudah bagimu? sama seperti halnya dahulu kau selalu curi-curi waktuku bersamanya hehehe.

Dena sayang,

Saat aku menulis surat ini, aku baru saja pulang kerja. Tidak bisa tidur setiap malam nya.. Hmm, tubuhku terasa letih dan semacam mau rontok tapi ini tak menyurutkan niatku untuk tetap menulis sepucuk surat rindu untukmu, rinduku.
Ohiya den, kau tak perlu khawatir, karena sebelum  menulis surat ini, aku sudah makan malam, jadi kau tak perlu memasang raut wajah yang cemberut sambil tiba-tiba mematikan laptop ku dan merampas handphone ku, untuk memaksaku makan.. seperti yang kau lakukan dulu hehe.

Den,

Semalam tanpa sengaja, aku menemukan rekaman video kita di laptopku, aku ingat waktu kita sedang bercanda diatas kereta, sepanjang perjalan pulang dari Bandung, aku baru sadar ternyata kau merekam nya secara diam-diam.. seolah - olah saat itu kau sudah tahu, bahwa kita tak lagi punya banyak waktu. Aku terus mengulang-ngulang bagian, ketika aku bernyanyi keras sambil meliuk-liuk seperti belut di musim kawin, berpura-pura sedang menjadi model video klip dari lagu yang diputar, tentunya disertai dengan suaraku yang tak ramah lingkungan dan mirip kaleng rombeng. Namun, semua kekonyolanku itu, cukup untuk membuatmu tertawa terpingkal-pingkal sepanjang perjalanan. Aku memejamkan mata, sambil mendengarkan dengan seksama rekaman itu, berulang-ulang, lagi dan lagi. Malam itu, aku kembali menyimak suara lekuk tawamu yang mengalun, suara yang biasanya membisikkan selamat pagi di telingaku, suara yang biasanya mendoakan kebahagiaanku, suara yang selalu ingin kudengar. Semua itu sekejap saja membuatku tertegun tanpa sepatah kata, hanya ada debar, menyisakan diam yang begitu senyap, dan tak berapa lama, kusadari mataku sudah berkabut. Aku sungguh merindukanmu, Den.

Kau tahu, Den? aku selalu bergelut dengan rindu yang tak berkesudahan. Hal yang selalu tumbuh subur dan bersemi di dalam jiwaku, tapi sejujurnya, aku ternyata cukup bahagia dengan semua itu, akupun sama sekali tak keberatan, jika sekali waktu aku harus menyemai rindu-rindu itu di ladang hatiku. Bahkan aku merasa, rindulah yang selama ini menyatukan kita dalam angkuhnya jarak, begitupula luka, yang membawa kita sampai pada cinta.


Entah mengapa, aku selalu berdebar setiap melihat namamu di surat ini. Belum lagi arsir wajahmu, yang seakan sudah membatu di kepalaku. Terkadang, aku benci akan pagi, yang selalu memaksaku untuk menyaksikanmu yang tak ada. Sejujurnya, aku lebih suka malam, saat aku bisa sejenak terpejam, dan kembali menemukanmu di sana. Kau hadir seperti jantung cahaya, yang berkilauan di atas samudera tenang tanpa gelombang. Ah, sebenarnya aku tak yakin di mana aku sedang hidup saat ini, yang aku tahu, saat ini aku sedang berada pada satu titik, di mana semua terlihat samar-samar, dan satu-satunya yang terlihat jelas, adalah kau.

Dena-ku sayang,

Kau tak perlu lagi cemas meminta maaf kepadaku atas apa yang terjadi, aku sangat berterima kasihsekali, kau telah mengajariku apa arti ikhlas sebenarnya.. dan kau adalah pelajaran hidup untuk ku kelak, dimanapun kau berada kini, aku yang selalu menyanjungmu, dan kau berhak atas kebahagiaanmu sendiri.

Dena sayang,


Sebelum tidur, aku ingin mengecup keningmu lewat surat ini. Ayo, sekarang pejamkan matamu sebentar saja, karena aku akan tiba di sana memelukmu erat, sambil mencium keningmu sebelum kau terlelap dalam mimpi indahmu. Selamat malam sayang, selamat tidur perempuanku, aku akan terus menghitung setiap detik yang berkurang, dimanapun kau aku akan tetap mencintaimu, selamanya.

1 comment:

  1. Ohhhhh romantiss bgt sweat bttšŸ˜berasa meleleh w yg bacaaa..gmn cwe yg d dlm surat itu yg kau sebut 'DENA' ituuuuu jj

    ReplyDelete

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...