
Lupakan sajalah kalimat tentang itu semua, karena pada dasarnya untuk dijaman seperti ini, kebebasan berbicara diatas Tribun untuk melakukan perjuangan terhadap kaum yang tertindas kini hanya meninggalkan sekat-sekat semata, yang membuat kita tidak bisa berbicara banyak untuk membela para kaum tertindas tersebut.
Memang, yang kita ketahui banyak pada jaman dahulu sepak bola adalah alat perjuangan kaum pribumi untuk melawan antek antek penjajah.
Tokoh tokoh utama dalam perjuangan tersebut pun masih ada didalam benak kita seperti, bapak Soeratin Sosrodihardjo, Muhammad Husni Thamrin dan Otto Iskandar Dinata yang menolak keras penindasan diatas nama sepakbola maupun atas nama dunia.
Dan kini, diera modernisasi seperti ini justru kita hanya bungkam dan masih saja hanya melihat penindasan diatas nama sepakbola .
Mulai dari kekerasan terhadap suporter, kekerasan dan penindasan petani, penindasan nelayan teluk jakarta hingga penindasan zionis Israel terhadap rakyat Palestina.
Semua penindasan dan kekerasan itu harus duhapuskan, dan satu-satunya alat perjuangan yang kita bisa adalah dari sepakbola, seperti salah satunya, membentangkan spanduk-spanduk keras yang ditujukan kepada penindak kekerasan/penindasan tersebut, memberikan aksi simpatik kepada pihak yang mengalami penindasan hingga membantu lewat biaya.
Namun, apa daya.. alat perjuangan yang paling sederhana kita Kampanyekan justru bertolak belakang dengan adanya statuta embel embel dari FIFA, AFC maupun sang kreator sendiri, PSSI.
Kampanye /alat perjuangan sederhana yang kita Kampanyekan itu dianggap oleh mereka mengandung SARA Dan POLITIK.
Sudah gila atau memang tidak waras bukan? sebuah rasa solidaritas yang kita panjatkan yang kita sosialisasikan sebagai alat perjuangan didalam sepak bola kini dianggap sebagai tindakan yang mengandung SARA dan POLITIK.
Coba kita lihat lebih dalam, dimana tindakan tersebut yang mengandung SARA Dan POLITIK? dari segi manakah?
Aksi solidaritas dan kemanusiaan yang tulus dari hati justru dinilai mengandung SARA dan POLITIK, lantas bagaimana dengan ketua umum PSSI yang kini sedang mencalonkan diri sebagai gubernur disalah satu daerah? Apakah tindakan tersebut tidak masuk dengan POLITIK?
Alih alih menegakan regulasi , kita yang mendukung aksi solidaritas kemanusiaan terhadap kaum tertindas justru diberikan sanksi yang menurut akal dan logika orang normal itu tidak wajar.
Mungkin benar , sepak bola dijaman sekarang adalah sebuah tentang industri , industri dan industri bukan lagi tentang sebuah permainan olah raga yang didalamnya mengandung arti dari kemanusiaan.
Mungkin benar, sepak bola dijaman sekarang sudah modern, modern dari pemikiran jahat yang dilakukan mereka yang katanya mengerti dari arti sepakbola tersebut.
Seperti kalimat awal diatas saya, lupakan lah semua tentang alat perjuangan diatas nama sepak bola, karena dijaman ini.. industri diatas segalanya dari rasa kemanusiaan.
Sekian.