Wednesday, December 18, 2019

Bambang yang tak pernah pamungkas!

Di suatu kesempatan, saat saya kecil saya diajak bersama ayah saya untuk menikmati keindahan kota Jakarta sambil menyaksikan latihan sepak bola yang bertempat di kawasan Menteng, Jakarta pusat. Setiba nya saya disana, saya masuk dan langsung menuju tribun merah stadion Menteng untuk menempati kursi krusial di tribun tersebut bersama ayah saya. Saat itu saya diberi tahu oleh ayah saya, bahwa disana ada pemain muda bertalenta yang beberapa tahun sebelumnya di datangkan dari Timnas U-19 eks Klub Persikas Kabupaten Semarang. Ayah saya banyak bercerita tentang anak muda tersebut, terutama saat debut nya di timnas kala bertemu Estonia 2 Juli 1999, dimana anak muda tersebut masih berusia 18 tahun 11 bulan 23 hari. Usut punya usut, ternyata anak muda tersebut Bernama Bembeng Pemengkes (Sebutan ayah saya untuk seorang Bambang Pamungkas) . Tahun perdana nya di Persija ia langsung menjadi Top Skor di klub ini.

Semenjak ayah saya bercerita banyak tentang itu, saya kecil langsung mencari informasi siapa itu Bambang Pamungkas, lalu saya mencoba membeli koran seusai pulang sekolah dengan menyisihkan uang jajan saya, Saya mencoba membuat kliping tentang biografi Bambang Pamungkas, membeli foto foto Bambang pamungkas hasil cetakan Abang abang mainan didepan sekolah saya, membeli kaos bertuliskan seorang Bambang Pamungkas, apa saja tentang Bambang Pamungkas, hingga saatnya bambang pamungkas menjadi tolak ukur cita cita saya saat ditanya mau menjadi apa saat besar nanti.

Selain itu, Bambang Pamungkas mempunyai daya magis & daya tarik tersendiri untuk anak anak kecil saat itu, dimana Persija sangat beruntung mempunyai pemain sekelas Bambang Pamungkas. Masih belum paham soal data tarik tersebut? Coba kalian flashback, waktu saat kalian kecil dulu ketika kalian bermain bola saat di gang/di jalanan, seusai kalian cetak goal, apakah kalian akan berucap bahwa kalian yg mencetak goal seorang Wayne Rooney? Tentu tidak, pasti kalian saat itu menjustifikasi diri kalian sebagai Bambang Pamungkas. Dan itu nyata saya alami saat kecil.

Lalu, Bambang Pamungkas terbilang telah menghiasi motivasi saya saat kecil, dimana saat Persija main pasti saya ingin nonton Bambang Pamungkas bermain, begitupun jika di timnas. Dimana hal tersebut pasti dialami anak kecil lain nya saat itu, bahkan bisa di bilang "Mungkin tanpa Bambang Pamungkas, saya tidak bisa kenal Persija."

Beranjak dewasa, saya semakin suka gaya bermain Bambang Pamungkas. Captain, leader dan Legenda wajib di sematkan statusnya kepada seorang Bambang Pamungkas. Pemain yang di hormati lawan, dan di segani kawan.

Bahkan, saat 2012 lalu Persija mengalami dualisme kepemimpinan, ada jargon yang khusus dimana jargon itu tertulis "Persija yang asli adalah Persija yang ada Bambang Pamungkas nya."

Tiba saatnya ketika Bambang Pamungkas mematahkan hati saya pada saat itu, 9 Desember 2014 ketika dia lebih memilih pergi ke klub Bandung raya dan meninggalkan Persija. Lini massa terlihat ramai, berbondong bondong memburu berita tentang kepindahan Seorang Bambang Pamungkas, Dari Ragunan menuju Soreang. Dan akhirnya hati saya hancur 2x lipat berkeping-keping ketika idola saya saat kecil tersebut mencetak goal kegawang Persija saat 2 pertemuan berlangsung, Saya berusaha untuk memaki, membenci, namun hati kecil saya sangat memaklumi 3 goal berurut turut yang dilakukan Bambang Pamungkas ke gawang Persija, saya berusaha untuk melupakan dan mengubur dalam dalam cita cita saya sejak kecil tersebut.

Namun akhirnya, kesempatan itu datang lagi. Dimana merpati itu telah kembali, memupuskan penantian yang telah lama pergi, karena dia masih yang terbaik, dia tau arah jalan pulang.. Bambang Pamungkas kembali membuka hati untuk sebuah klub yang telah membesarkan namanya. Perlahan, cita cita saya yang telah saya lupakan dan saya kubur dalam dalam, bangkit lagi ketika seorang idola saya datang lagi, dan berharap sampai tua nanti tetap disini, hingga masa pensiun itu datang.

Malam ini, 17 Desember 2019 ada hal menarik yang membuat semua mata publik Indonesia tertuju kepada seorang Bambang pamungkas, lebih dari ratusan laga dan 200 match untuk Persija, 86 Caps dan 38 goal untuk Timnas, 2x gelar liga Indonesia untuk Persija dan trofi lainnya, dirasa sangat cukup untuk seorang legenda, seorang Captain, seorang Leadership dan seorang Idola saya saat kecil menutup karir nya di malam ini.

Mungkin, malam ini bukan hal yang baik bagi kita semua terutama saya, bukan juga malam yang sangat spesial untuk kita dan saya. Tapi mungkin, perpisahan ini adalah yang terbaik untuk kita dan seorang Bambang pamungkas.

Terima kasih mas beng, atas semua dedikasinya selama ini, terima kasih juga telah menghiasi masa kecil saya saat dulu, terima kasih telah mengajarkan saya bagaimana caranya telah menghargai seorang idola, dan bagaimana caranya menyelesaikan sebuah masalah.

Apalah Persija tanpa Bambang Pamungkas, pemain yang sangat serius tapi doyan bercanda, Pemain yang suka membuat cair suasana saat Persija bertanding ke Bandung / Surabaya, Pemain yang sudah menjadi ikonik dan brand Persija, Pemain yang pernah semusim tidak bermain Karna gajinya tertahan oleh manajemen, Pemain yang selalu respect terhadap suporternya.

Namun, itulah kenyataannya tentang sepak bola.

Hari ini, saya tidak mengajak ayah saya untuk menyaksikan perpisahan Bambang Pamungkas karena kondisi yang tidak memungkinkan, seperti hal nya apa yang ayah saya lakukan ketika saya di perkenalkan kepada Bambang Pamungkas muda di Menteng, akan tetapi semuanya akan saya ceritakan kepada Ayah saya, bahkan hingga saya mempunyai anak dan cucu nanti, Bahwa Persija pernah punya pemain sekelas dan sebesar Bambang Pamungkas

Akhir kata:

Tidak ada orang yang ingin cepat tua, dan berakhir masa aktif nya di "dunia" yang ia sukai. Seorang penulis, akan selalu bermimpi tetap dapat menulis hingga tak terkira kan kapan berakhirnya, begitu pula pada seorang pemain sepak bola. Namun, berhenti atau pensiun adalah salah satu bagian dari takdir hidup. Bukan pilihan, karena hidup akan terus berupaya "Berganti kulit" , kata dari om Imran Nahumarury



Tetap Semangat & Sukses Selalu ✊

Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku

 Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...