Bandung, sekitar Maret 2002
Saat itu, pertengahan Maret 2002 saat saya masih duduk di bangku kelas 2 SD umur sekitar belasan tahun, saya masih jelas terekam ingatan saat saya melihat hari hari terakhir Oma saya (nenek dari papi saya) di Cibereum, Bandung.
Karena saya lahir dari peranakan Papi saya yang berketurunan Makassar yang seperti orang dulu bilang bahwa orang timur adalah orang seberang, maka panggilan untuk kedua orang tua saya adalah Papi & Mami, sedangkan untuk kakek dan nenek ialah Opa & Oma.
Ketika itu, saya & Papi saya tengah asyik bermain di suatu pekarangan rumah saya di bilangan pondok gede, Jakarta.. percis sore hari kami semua mendapatkan berita bahwa nenek saya yang sebelumnya memang sudah sakit, kini mulai kronis, kami diminta om (Abang nya Papi saya) untuk datang semua ke Bandung, menemani hari hari terakhir Oma saya disana.
Kondisi saat itu kita semua tidak punya apa apa, bermodalkan materi hanya lewat menjadi penjual tabung gas yang di berikan oleh ponakan papi saya dan itu pun hanya menjadi seorang karyawan di perusahaan tersebut, bukan sebagai owner , memang kondisi saat itu kami semua sedang sulit-sulitnya, posisi papi saya sebagai karyawan di perusahaan keponakannya sendiri, posisi itu juga kami tetap bangga terhadap papi kami, karna dari situlah kami bisa bertahan hidup.
Lalu disaat itu, yang saya ingat ialah ketika kejadian lucu karena saat itu mami saya mengalami bisul yang sangat besar di paha nya, yang membuat jalan nya agak sulit, tapi demi Oma apapun di paksakan, ya karena memang harus begitu, kami hidup aja saat itu juga karena sudah terbiasa dengan keterpaksaan hehe .
Kami pun bergegas semua mengarah terminal menuju Bandung, semua peralatan sudah kami kemas dari berbagai macam tas, sampai akhirnya kami tiba di kediaman Oma yang saat itu ternyata bukan di Cibereum, melainkan di tempat kediamannya kakaknya papi saya yang lainnya .
Saya lihat Oma menjadi lebih baik ketika melihat kedatangan kami kesana, Oma bisa bercengkrama dengan kedua papi mami saya, juga saya dan kakak-kakak saya, Kami bisa bercanda bersama, kami tinggal hampir seminggu lebih disana guna melihat perkembangan Oma kami agar lebih baik .
Suatu ketika, tepat beberapa hari sebelum seminggu kami disana, kakak papi saya menyuruh kami tinggal di rumah saudara papi saya lainnya, yang tidak jauh dari kediamannya di Bandung tersebut, kami tidak masalah tinggal dimana saja, tapi jelas itu mungkin menjadi faktor salah satunya keadaan Oma yang menjadi lebih kronis lagi saat kami pindah dari kediamannya.
Yang saat itu Oma saya ketika melihat kedatangan kami menjadi lebih baik, bisa bercanda, makan dll seketika berubah total.
Akhirnya papi saya saat itu diminta kembali datang ke kediaman Oma yang tidak jauh jaraknya dari tempat tinggal kami saat itu, ayah saya mengajak saya.
Ketika saya & papi saya sampai, saya lihat Oma sedang terbujur kaku, kakinya yang mulai mengurus terlihat pucat, nafas nya tersengal-sengal.. hanya bisa mengucapkan beberapa kata kata saja saat itu.
Disitu saya sempat mendengarkan kata kata itu tapi tidak terekam jelas untuk si tuangkan di tulisan ini
Saat itu juga, saya melihat papi saya menahan air mata didepan Oma saya, papi saya mengucapkan 2 kalimat syahadat di tepat telinganya (yang pada saat itu saya ketahui bahwa Oma saya beragama Kristen) , lalu ayah saya berkata "saya disini, saya disini tenang aja" sambil senyum menahan air mata, sontak air mata saya pun turun saat itu.
Dengan nafas yang tersengal sengal yang perlahan lahan menghilang, tepat waktu pukul 05.00 wib Oma saya berpulang, awan hitam menyelimuti keadaan kediaman kami semua saat itu.. saya melihat papi saya terpukul, menahan nangis di dalam pelukan terakhir kepada Oma saya, sampai akhirnya Oma saya di kebumikan di daerah dekat kab Bandung (saya lupa nama daerahnya saat itu karena memang benar benar masih kecil sekali untuk merekam semua kejadian) .
Dari kejadian tersebut, saya belajar untuk menjadi ikhlas seperti Papi saya tersebut, memang kita semua harus ikhlas dengan apapun yang kita punya akan di ambil oleh - Nya, mungkin kalau hati Papi saya bisa saya lihat, itu terbentuk dari baja yang sangat kuat sepertinya.
Terakhir, izinkan saya mengucapkan selamat ulang tahun untuk Papi saya yang berhati baja, yang mampu memberikan pelajaran sangat berharga kepada kami, tentang bagaimana caranya bertahan hidup dari keterpaksaan dan keikhlasan
Ragamu memang sudah tua ataupun letih, tapi hati mu akan terus seperti baja yang tidak pernah ada kadaluarsa nya, biarkan saya yang kini menjadi penerus mu, membahagiakan kalian berdua dengan hasil jerih payah keringat saya sendiri muehehehe
Subscribe to:
Posts (Atom)
Maka, kau harus Maluku untuk mencintaiku
Oleh temanku, Rahmat Hidayat Madubun (Sombanussa) Pagi ketika aku terbangun, ketika pintu terbuka,jendela terbuka, aku masih tekun merindui...
-
Pukul 3 pagi, jumat di oktober awal dini hari setelah usai pulang kerja dan mengantar kekasih tersayang kerumahnya di dekat daerah Mampang,...
-
Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai politik sangat kuat, mungkin di beberapa negara pula sama, namun pada prakteknya, politik di ...